Semoga melalui media digital personal website yang sangat sederhana ini, tali silaturahmi dan pertemanan yang terputus dapat tersambung kembali dan mengakrabkan kita, sebab hidup dgn ilmu akan lebih mudah, hidup dgn seni akan lebih indah & hidup dgn iman pasti akan terarah.

Masukan yang bersifat membangun dapat dikirimkan melalui email : bagyoesx@gmail.com atau bagyo_27061965@yahoo.co.id atau SMS/Kontak HP 08159552196

28 September 2007

Makam Nazi di Kaki Gunung

Menyusuri jejak-jejak yang terkait dengan Yahudi, SABILI sampai pada lokasi pemakaman tentara Nazi Jerman, di Kampung Situ, Desa Sukaresmi, Mega Mendung, Bogor. Ditempuh dari Pasir Muncang, berjarak tiga kilometer. Dan Jalan menuju areal makam tidak terlalu bagus, berbatu serta berundak-undak. Makam yang terletak di kaki Gunung Pangrango, berjumlah sepuluh buah dan dua buah tidak diketahui identitasnya. Dari penelusuran SABILI, setelah perang dunia pertama berakhir, dua bersaudara asal Jerman, Emil dan Theodor Helfferich membeli 900 hektar tanah di kawasan tersebut. Mereka berdua kemudian membangun perkebunan teh, lengkap dengan pabriknya.

Kawasan yang berada 900 meter di atas permukaan laut tersebut, berubah menjadi perkebunan teh yang maju. Karl Helfferich yang merupakan kakak tertua Emil dan Theodor juga sekaligus Wakil Perdana Menteri Kekaisaran Jerman di bawah Kaisar Jerman terakhir, menjadikan tempat tersebut untuk mengabadikan kejayaan 'Armada Asia Timur' milik Jerman di bawah Laksamana Graf Spee yang ditenggelamkan armada Britania.
Dengan lambang Salib besi khas Jerman, tempat itu menjadi peristirahatan terakhir para pelaut muda Jerman yang tewas di kedalaman dasar lautan saat melakukan perjalanan ke Indonesia pada perang dunia kedua. Mereka menggunakan kapal selam berteknologi canggih masa itu.
Sementara tahun 1943 Jepang dan Jerman yang bersekutu mendirikan pangkalan laut bersama di Jakarta. Dengan tujuan membongkar blokade armada sekutu agar hasil bumi dari Asia Tenggara dan Timur dapat dikirim ke pelabuhan Eropa, selain menjadi pangkalan logistik kapal selam Jerman sejak tahun 1944. Tercatat kapal selam canggih seperti U168, U196 dan U219 pemah singgah di situ.

Nah, perkebunan miliki Emil dan Helfferich itu juga turut menyumbang bantuan bagi kejayaan tentara Jerman selama berada di wilayah Indone­sia. Termasuk mendirikan berbagai fasilitas pendukung bagi anak buah kapal, serta makam untuk para prajurit yang gugur.
Kejatuhan Jerman pada 8 Mei 1945, menjadikan tempat tersebut sebagai tempat penahanan seluruh tentara Jerman yang berada di pulau Jawa. Termasuk tewasnya tiga serdadu Jerman saat dimulai era kekalahan Jepang bulan Agustus 1945.

Dari keterangan M. Muller, mantan awak kapal selam U195, kapal selam canggih tersebut, mengalami nasib buruk. Beberapa perwira tinggi, seperti friederich Stainfield tentara Jerman kelahiran 15 Desember 1914, tewas dan dimakamkan di situ sejak 30 November 1945. Cerita itu juga diperkuat oleh Asep Subandi (85), pelaku sejarah perjuangan kemerdekaan sekaligus penduduk asli di daerah ini. Bahwa makam tersebut adalah kuburan para perwira tinggi Jerman dari angkatan laut. Menurut Asep, satu persatu para perwira yang tenggelam di laut dekat pelabuhan Jakarta tersebut dibawa dan dikuburkan di sini. Karena, tempat tersebut adalah milik orang Jerman, tambah Asep kepada SABILI.

Di era 1970 dan 1980-an, tempat itu sempat jadi obyek wisata bagi warga sekitar. Ka­rena perkebunan teh yang rindang, suara-suara alam yang indah, membuat masyarakat betah berlama-lama berada di kawasan makam.
Bagi warga Cikopo, tempat tersebut dikenal sebagai kawa­san 'Area Domas'. Sejarahnya, selama berabad-abad para bangsawan memakamkan para sesepuhnya di daerah yang sejuk di bawah pepohonan beringin yang dianggap keramat di kaki Gunung Pangrango itu. Nisan di sana pernah mencapai 800 buah. Itulah sebabnya di sebut 'Area Domas'.

Namun memasuki abad XVI, para pejuang kerajaan Is­lam berhasil menaklukkan kerajaan yang berkuasa saat itu. Proses penglslaman ma­syarakat Sunda pun dimulai, sementara para Brahmana berhasil melarikan diri ke sebuah pegunungan yang terpencil.

Sampai hari ini, Brahmana tersebut berhasil mengucilkan diri dan tidak boleh ada seorang pun yang menginjak tem­pat persembunyian mereka. Itu yang kini disebut sebagai suku Badui Dalam. Masyarakat pun percaya jalan dari areal makam tentara Nazi menuju Gu­nung Pangrango, merupakan jalan setapak yang dibuat oleh pemimpin suku Badui Dalam yang pertama.

Belum banyak masyarakat yang tahu tempat makam ter­sebut. Hanya para veteran perang Jerman yang masih suka berkunjung, atau pun wisatawan Jerman yang ingin mengetahui sejarah perjalanan bangsanya di era perang dunia.

Sementara dari penulusuran sejarah Ridwan Saidi, mereka adalah para perwira Jerman yang sengaja datang ke Indoensia tahun 1932 untuk mengatasi perkembangan Yahudi di Hindia Belanda. Sebelum tentara Nazi menghabisi Yahudi di Polandia tahun 1939, yang memicu lahirnya perang dunia kedua.
Karena, berdasarkan informasi intelijen Hitler, perkem­bangan Yahudi sudah terlalu mengkhawatirkan di tanah jajahan Belanda, negara yang akhirnya diinvasi oleh Jerman pada Mei 1940. Yahudi keturunan Belanda, atau yang datang bersama Belanda berkembang sela­ma masa penjajahan, sekitar 350 tahun.

(Fadli Rahman & Afriadi, Sabili 15 Juni 2005)

26 September 2007

MELACAK ZIONIS DI INDONESIA

Zionis-Yahudi mengakar kuat di Indonesia. Melalui antek-anteknya yang ada di Indonesia, mereka berhasil menguasai sektor ekonomi, terutama bidang perbankan dan merasuki budaya Indonesia...

Sejak mencuatnya kasus grup band Dewa yang diprotes lantaran menginjak-injak karpet bermotif lafaz Allah saat manggung di salah satu stasiun televisi, obrolan seputar Yahudi, Zionis dan Freemasonry makin rame. Apalagi, pentolan Dewa, Ahmad Dhani, selama ini kerap dijumpai mengenakan kalung Bintang David, simbol Zionis-Israel.
Untuk mengetahui lebih dalam jaringan kaum yang dikutuk Allah SWT itu, berbagai kalangan menggelar berbagai forum diskusi dan dialog tentang Zionis-Yahudi. Selasa (31/ 5) lalu, misalnya, Kajian Islam Cibubur Pesantren Tinggi Husnayain, Pimpinan KH A Cholil Ridwan menggelar sebuah diskusi yang bertajuk "Bahaya Gerakan YAHUDI di Indonesia". Ridwan Saidi, salah seorang pembicara dalam dialog itu, mengaku prihatin dengan kondisi umat saat ini. Sebab, banyak umat yang masih tidak percaya gerakan Zionis-Yahu­di. Bahkan sebagian kaum Muslimin memandang tudingan gerakan Zionis-Yahudi sebagai sesuatu yang mengada-ada. Padahal, dampak dan gerakan Zionis ini sangatlah merugikan kaum Muslimin bahkan umat manusia.
"Siapa bilang tidak ada gerakan Zionis-Yahudi di sini. Ada dong, sebab akarnya terlalu kuat di Indonesia. Mereka masuk sejak zaman Hindia Belanda," ujar pria yang pulunan tahun meneliti dan mengkaji gerakan Zionis-Yahudi itu.
Benarkah akar Zionis-Ya­hudi begitu kuat di Indonesia? Apa saja indikasi dan buktinya? Memang, tak mudah melacak jejak gerakan berbahaya ini di Indonesia. Apalagi selama ini, Zionis-Yahudi, memang gera­kan tertutup. Aktivitas mereka berkedok kegiatan sosial atau kemanusiaan. Namun sasaran dan tujuannya sangat jelas: Merusak kaum lain.
Ibarat orang yang sedang buang angin dengan pelan: tercium baunya, tapi tak nampak wujudnya. Tidak mudah mengendus dan mendeteksi me­reka. Namun dengan membuka-buka catatan sejarah, kabut dan misteri seputar jari­ngan Zionis-Yahudi di Indone­sia akan terbuka lebar
Gedung dan bangunan ternyata tak hanya memiliki estetika, namun juga menyimpan sejarah peradaban, tak terkecuali gerakan Zionis-Yahudi di Indonesia. Dari sejumlah dokumen sejarah, tidak sedikit gedung-gedung yang berdiri dan beroperasi saat ini yang ternyata dulunya pemah menjadi pusat pengendali gerakan Zionis-Yahudi di Indonesia.
Satu di antaranya adalah gedung induk yang saat ini dipakai pemerintah untuk kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam buku "Menteng Kota Taman Pertama di Indonesia" karangan Adolf Hueken, SJ, disebutkan, awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pembangunan In­donesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan para vrijmetselaar.
Loge-gebouw atau rumah arloji sendiri adalah sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat "sembahyang" atau "ngeningkan cipta" kepada Tuhan. Karena tempat itu sering dipergunakan untuk memanggil-manggil roh ha-lus, maka masyarakat Indone­sia sering menyebut loge sebagai rumah setan.
Sementara Vrijmetselarij adalah organisasi bentukan Zionis-Yahudi di Indonesia (Dulu Hindia Belanda). Ridwan Saidi dalam bukunya "Fakta dan Data Yahudi di In­donesia" menuliskan bahwa pimpinan Vrjmetselarij di Hin­dia Belanda sekaligus adalah ketua loge.
Vrijmetselarij bukanlah organisasi yang berdiri sendiri. la merupakan bentukan dari organisasi Freemasonry, sebuah gerakan Zionis-Yahudi internasional yang berkedudukan di London, Inggris. Pada tahun 1717, para emigran Yahudi yang terlempar ke Lon­don, Inggris, mendirikan sebuah gerakan Zionis yang diberi nama Freemasonry. Organi­sasi inilah yang kini mengendalikan gerakan Zionis-Yahudi di seluruh dunia.
Dalam kenyataannya, ge­rakan rahasia Zionis-Yahudi ini selalu bekerja menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan sosial negara-negara yang ditempatinya. Mereka ingin menjadi kaum yang menguasai dunia dengan cara merusak bangsa lain, khususnya kaum Muslimin.
Mereka sangat berpegang pada cita-cita. Tujuan akhir dari gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini, salah satunya, adalah mengembalikan bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjidil Aqsha, daerahAI-Quds yang sekarang dijajah Israel. Target lainnya, mendirikan sebuah pemerintahan Zionis internasional di Palestina, seperti terekam dari hasil pertemuan para rabbi Yahudi di Basel.
Seperti disinggung di atas, gedung Bappenas memiliki sejarah kuat dengan gerakan Zionis-Yahudi. Tentu, bukan suatu kebetulan, jika lembaga donor dunia seperti Interna­tional Monetary Fund (lMF)yang dikuasai orang-orang Yahudi sangat berkepentingan dan menginginkan kebijakan yang merencanakan pembangunan di Indonesia selaras dengan program mereka.
Satu per satu bukti kuatnya jejak Zionis-Yahudi di Indone­sia bermunculan. Jejak me­reka juga nampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka Ba­rat dengan berbagai gedung pencakar langitnya. Menurut Ridwan Saidi, semasa kolonial Belanda, Jalan Medan Mer­deka Barat bemama Jalan Bla-vatsky Boulevard, Nama Bla­vatsky Boulevard sendiri tentu ada asal-usulnya. Pemerintah kolonial Belanda mengambil nama Blavatsky Boulevard dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi asal Rusia yang giat mendukung gerakan Freemasonry.
Siapa Blavatsky? Pada November 1875, pusat gera­kan Zionis di Inggris, Fremasonry, mengutus Madame Bla­vatsky—demikian Helena Blavatsky biasa disebut—ke New York. Sesampainya di sana, Blavatsky langsung mendirikan perhimpunan ka­um Theosofi. Sejak awal, or­ganisasi kepanjangan tangan Zionis-Yahudi ini, telah menjadi mesin pendulang dolar bagi gerakan Freemasonry.
Di luar Amerika, sebut misalnya di Hindia Belanda, Bla­vatsky dikenal sebagai propagandis utama ajaran Theosofi. Pada tahun 1853, saat perjalanannya dari Tibet ke Inggris, Madame Blavatsky pernah mampir ke Jawa (Batavia). Selama satu tahun di Batavia, ia mengajarkan Theosofi kepada para elit kolonial dan masyarakat Hindia Belanda.
Sejak itu, Theosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di Indonesia. Salah satu ajaran Theosofi yang uta­ma adalah menganggap semua ajaran agama sama. Aja­ran ini sangat mirip dan sebangun dengan pemahaman kaum liberal yang ada di Indo­nesia.
Menurut cerita Ridwan Saidi, di era tahun 1950-an, di Jalan Blavatsky Boulevard (kini Jalan Medan Merdeka Barat) pemah berdiri sebuah logo atau sinagog. Untuk misinya, kaum Yahudi memakai loge itu sebagai pusat kegiatan dan pengendalian gerakan Zionis di Indonesia. Salah satu kegiatan mereka adalah membuka kursus-kursus okultisme (pemanggilan makhluk-makhluk halus).
"Jika saat ini saham mayoritas Indosat dikuasai Singtel, salah satu perusahaan telekomunikasi Yahudi asal Singapura, maka itu sangat wajar. Sebab dulunya Indosat adalah sinagog dan kembai juga ke sinagog," ujar mantan anggota DPR yang pernah menginjakkan kakinya ke Is­rael tersebut.
Di sepanjang Jalan Juanda (Noordwijk) dan Jatan Vet­eran (Rijswijk) jejak Zionis-Yahudi juga ada. Dalam sebu­ah artikel di sebuah media massa yang terbit di Jakarta, sejarawan Betawi Alwi Shahab menyebutkan, pada abad ke-19 dan ke-20, sejumlah orang Yahudi menjadi pengusaha papan atas di Jakarta. Beberapa di antaranya bernama Olislaegar, Goldenberg dan Ezekie. Mereka menjadi pedagang sukses dan tangguh yang menjual permata, emas, intan, perak, arloji, kaca mata dan berbagai komoditas lainnya. Toko mereka berdiri di sepanjang Jalan Risjwijk dan Noorwijk.
Masih menurut Alwi, pada tahun 1930-an dan 1940-an, jumlah orang Yahudi cukup banyak di Jakarta. Bisa mencapai ratusan orang. Mereka pandai berbahasa Arab, hingga sering dikira sebagai orang keturunan Arab. Bahkan Gubernur Jenderal Belanda, Residen dan Asisten Restden Belanda di Indonesia banyak yang keturunan Yahudi.
Yahudi di Batavia memiliki persatuan yang sangat kuat. Setiap hari Sabtu, hari suci kaum Yahudi, mereka sering berkumpul. Tempatnya di gedung yang kala itu terletak di sekitar Mangga Besar, Jakarta Barat. Di gedung itu, seorang rabbi, imam kaum Yahudi, memberikan wejangan dengan membaca Kitab Zabur.
"Merantau" sudah menjadi tradisi hidup kaum Zionis-Yahudi. Tidak ada daerah yang tidak mereka rambah. Di luar Jakarta, kaum Yahudi menetap di daerah Bandung, Jawa Barat. Pengamat Yahudi asal Bandung, HM Usep Romli mengatakan, mereka masuk Bandung sejak tahun 1900-an. Untuk meredam resistensi masyarakat Bandung, mereka masuk melalui jalur pendidikan dengan berprofesi seba­gai guru. Kebanyakan dari me­reka adalah pengikut aliran Theosofi, kaki tangan gerakan Freemasonry internasional. Tempat kumpul mereka berada di sebuah rumah yang terle­tak di dekat Jalan Dipati Ukur. Masyarakat menyebut rumah itu sebagai rumah setan.
"Dulunya, kawasan Dipati Ukur adalah tempat tinggal orang-orang Belanda dan tem­pat berkumpulnya kaum terpelajar, baik dari Belanda maupun pribumi. Itulah kenapa jika ditengok kawasan Dipati Ukur saat ini, banyak sekali berdiri lembaga-lembaga pendidikan, termasuk Universitas Padjajaran (Unpad). Namun saya tidak tahu di mana tepatnya markas kaum Theosofi tersebut," ujar Usep. Pada dasarnya, mereka tidak mengalami kesulitan menjajakan pemahamannya karena berpenampilan lembut, sopan dan ramah. Karenanya banyak masyarakat yang simpati dan tertarik dengan me­reka. Sampai-sampai banyak masyarakat mengultuskan ucapan dan ajaran mereka, hingga mengikuti ritual agama Yahudi. 'Tanpa disadari ajaran Zionis masuk ke hati dan pikiran masyarakat Bandung dan tumbuh menjadi suatu ajaran yang kuat," tandas Usep.
Khusus di Surabaya, ka­um Yahudi membentuk komunitas sendiri di beberapa ka­wasan kota lama, seperti Bubutan dan Jalan Kayon. Di Jalan Kayon No 4, Surabaya, hingga kini berdiri sebuah sinagog, tempat peribadatan kaum Yahudi. Selama ini gerakan mereka tidak mudah terdeteksi masyarakat karena mereka berkedok yayasan sosial dan amal. (Baca: Kamuflase Ka­um Yahudi di Surabaya).
Panah beracun Zionis-Ya-hudi terus dilepaskan dari busumya dan terus mengenai sasarannya. Setelah menunggu satu dekade, kini mereka sedang memanen buahnya. Melalui antek-anteknya di Indo­nesia, kaum Zionis-Yahudi "menyetir" dunia politik, sektor ekonomi, terutama bidang perbankan dan jaringan telekomunikasi.
Transaksi saham menjadi modal ampuh mengendalikan Indonesia. Singtel, perusahaan telekomunikasi milik orang Yahudi yang berkedudukan di Singapura misalnya, tahun lalu, berhasil menguasai kepemilikan PT Indosat, sebagaimana diungkapkan Ridwan Saidi. Mereka berhasil menjadi pemegang saham terbesar dan berhak mengatur arah policy Indosat ke depan. Komunikasi Indonesia, melalui Indosat misalnya, dalam kendali Yahudi?
Hal serupa terjadi dalam dunia pemberitaan. Bhakti Investama, sebuah perusahaan yang sebagian sahamnya milik George Soros, seorang Yahudi yang pada tahun 1998 mengacak-acak ekonomi Indonesia. Dengan membeli saham, dia mulai memasuki industri media di Indonesia
Ritel juga menjadi sasaran utama mereka. Philip Morris, sebuah perusahaan rokok du­nia milik seorang Yahudi asal Amerika menguasai kira-kira sembilan puluh persen saham perusahaan rokok PT Sampoerna. la pun berhak mengendalikan bisnis perusahaan rokok ternama di Indonesia itu.
Bidang budaya tak luput dari garapan mereka. Untuk menjauhkan Islam dari agamanya, mereka masuk ke dalam kebatinan Jawa. Kuatnya akar Freemasonry dapat dilihat dari mantra-mantra memanggil roh halus atau jin yang memakai bahasa Ibrani, bahasa khas kaum Yahudi,
Bau Zionis-Yahudi juga tercium tajam di dunia perjudian. Dadu yang sering dipakai dalam permainan judi bermata hewan Zionis. "Ini fakta. Oleh sebab itu saat menerima laporan dari bawahannya tentang kuatnya akar Zionisme-Yahudi di Indonesia, Hitler, pemimpin NAZI langsung mengirim pasukannya ke Hindia Belanda untuk memerangi mereka," ujar Ridwan.
Jelas, gerakan Zionis-Ya­hudi bukanlah gerakan fiktif atau mengada-ada. la benar-benar nyata dan terus akan bergerak sampai cita-citanya tercapai: Menguasai dunia.
Oleh sebab itu, kaum Muslimin harus terus memperkuat diri dengan Islam. Tidak boleh lengah atau lalai sedikit pun. Tetap waspada, jangan mudah termakan dengan pikiran atau paham bebas, dan rapatkan barisan, adalah modal kuat melawan mereka. Dan, tak kalah pentingnya, adalah memperkuat dan mengembangkan jaringan dan gerakan yang sedang kita bangun.

Rivai Hutepea
Laporan: Artawiiaya, Fad Rahman, Afriadi, Mescudya (Sabili 15 Juni 2005)

Tegas pada Yahudi

Setelah berhasil menundukkan kafir Quraisy di medan Badar, Rasulullah saw mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Beliau berkata, "Masuklah ke dalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah dirasakan kaum Quraisy."
Seperti diriwayatkan Abu Dawud dari jalur Ibnu Abbas, mendengar seruan itu, orang-or­ang Yahudi menjawab dengan pongah, "Wahai Mu­hammad, janganlah Anda membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy. Mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Anda hadapi, niscaya Anda akan mengetahui siapa sebenarnya kami."
Jawaban Bani Qainuqa' itu merupakan pernyataan terbuka bagi kaum Muslimin untuk berperang. Tetapi Nabi SAW menahan amarahnya dan bersabar. Demikian pula kaum Muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan yang bisa disebut melanggar perjanjian Piagam Madinah yang telah disepakati.
Kenyataannya memang demikian. Yahudi Bani Qainuqa' bertambah berani. Tak lama kemudian, mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Di antara tindakan Yahudi Bani Qainuqa' yang benar-benar melampaui batas adalah apa yang diriwayatkan Ibnu Hisyam dari Abu 'Aun. Seorang perempuan Arab datang ke pasar Bani Qainuqa' untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi meminta perempuan itu untuk membuka penutup mukanya, tetapi perempuan itu menolak. Tanpa diketahui, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuhnya pada bagian punggungnya. Ketika perempuan itu berdiri, terbukalah aurat bagian belakangnya. Orang-or­ang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
Perempuan itu kemu­dian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin menyerang Yahudi tukang sepuh itu dan membunuhnya!
Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya. Peristiwa ini menjadi pemicu terjadinya peperangan antara kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa'. Bersama pasukannya, Rasulullah SAW berangkat menuju Bani Qainuqa. Ketika melihat kedatangan kaum Muslimin, orang Yahudi segera berlindung dalam benteng. Kaum Muslimin mengepung mereka secara ketat. Pengepungan itu berlangsung selama lima belas hari. Allah menimpakan rasa takut dalam hati orang Yahudi. Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukuman yang diputuskan oleh Rasulullah SAW menyangkut budak, harta istri dan anak keturunan mereka.
Untuk mengusir mereka, Rasulullah saw menyuruh Ubadah bin Shamit yang segera memberikan waktu tiga hari pada orang-orang Yahudi untuk berkemas. Mereka hanya diperkenankan membawa anak dan istri serta pakaian yang melekat di tubuh. Rasulullah SAW menerima harta kekayaaan mereka. Dari harta tersebut, beliau mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Berkenaan dengan peristiwa Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay, Allah menurunkan firman-Nya pada surah al-Maidahayat51-56.
Ada dua hal menarik yang patut dicermati dalam kisah Perang Bani Qainuqa' ini. Pertama, belang Yahudi sebagai pengkhianat kembali menunjukkan buktinya. Piagam Madinah yang telah mereka sepakati kembali dilanggar. Agaknya Yahudi memang tak bisa dipisahkan dengan ciri khasnya sebagai bangsa peng­khianat. Pengkhianatan mereka di masa Rasulullah SAW diawali oieh seorang Yahudi bemama Syas bin Qais. Suatu ketika ia melewati beberapa sahabat Nabi SAW dari kabilah Aus dan Khazraj yang sedang berbincang-bincang dalam sebuah majelis.
Dengan segala tipu dayanya, si Yahudi itu berusaha mengadu domba umat Islam. Sebelum terjadi perkelahian, Rasullah SAW mendatangi mereka seraya bersabda, 'Wahai kaum Muslimin, apakah kalian menyerukan seruan jahiliyah sementara aku masih berada di tengah-tengah kalian, setelah Allah menun­jukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran, dan menyatukan hati kalian?"
Kaum Muslimin pun sadar. Mereka menangis dan saling berangkulan lalu pergi dari tempat itu.
Kedua, sikap tegas Rasulullah SAW. Mulanya Rasulullah SAW berusaha menahan diri. Namun, ternyata mereka tak bisa diberi "angin". Bagi kaum Muslimin, ketegasan Rasulullah SAW ini menjadi pelajaran berharga. Bahwa, di mana pun, Yahudi tetap berbahaya. Sikap tegas ini tak hanya ditujukan pada Yahudi secara komunitas atau kelompok. Tapi juga secara personal.
Di masa Nabi, kelompok Yahudi yang pal­ing jahat adalah Bani Qainuqa'. Dan, orang Yahudi yang paling jahat dari Bani Qainuqa' adalah Ka'ab bin Asyraf. Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum Muslimin di medan Badar, hati musuh Allah ini tergerak untuk mencaci Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW menyuruh Muhammad bin Maslamah, Abad bin Bisyr, Abu Na'ilah (saudara susu Ka'ab, bernama Balkan bin Salamah), al-Harits bin Aus, dan AbuAbas bin Habar, untuk "menyelesaikan" Ka'ab bin Asyraf.
Di suatu tempat, mereka berhasil membunuh Ka'ab bin Asyraf. Ka'ab pun mati terkapar sambil meraung keras dan membuat ketakutan orang-orang di sekitamya.
Tindakan tegas sebagian sahabat Nabi terhadap mereka yang jelas-jelas memusuhi Islam itu, mulanya dari kemauan perorangan. Namun, akhirnya dibenarkan oleh Nabi SAW karena bertujuan untuk kepentingan Islam dan kaum Muslimin.
Di masa sekarang, jejak Yahudi yang bekasnya masih direkam sejarah, tak boleh dilupakan. Ditemukannya bekas sinagog, tempat ibadah orang Yahudi di Gedung Bappenas dan makam tentara Jerman yang dibantai oleh Yahudi di Pasir Muncang Ciawi, Bogor, merupakan bukti sejarah bahwa Yahudi pernah "berkuasa" di Indonesia.
Selain itu, beberapa perusahaan besar juga dipegang oleh orang Yahudi. Ini mengisyaratkan bahwa Yahudi tetap ingin mencengkeramkan kukunya di Indonesia. Tak bisa dengan cara formal, mereka menyusup secara diam-diam.

(Hepi Andi, Sabili 15 Juni 2005)

19 September 2007

10 September 2007

Jangan Berbuka Puasa Dengan Yang Manis


SEBENTAR lagi Ramadhan. Di bulan puasa itu, sering kita dengar kalimat ‘Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis,’ katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?
Dari Anas bin Malik ia berkata : “Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nabi Muhammad Saw berkata : “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”
Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka puasa dengan air. Samakah kurma dengan ‘yang manis-manis’? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate). Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis? Tidak jelas. Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah ’sunnah Nabi’. Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan.
Dari dulu saya tergelitik tentang hal ini, bahwa berbuka puasa ‘disunnahkan’ minum atau makan yang manis-manis. Sependek ingatan saya, Rasulullah mencontohkan buka puasa dengan kurma atau air putih, bukan yang manis-manis.
Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan (data di sini dan di sini). Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa ‘manisan kurma’, bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak kesehatan?
Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.
Mari kita bicara ‘indeks glikemik’ (glycemic index/GI) saja. Glycemic Index (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.
Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka.
Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.
Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada seorang sufi yang diberi Allah ‘ilm tentang urusan kesehatan jasad manusia. Kata Beliau, bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban beliau. Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia adalah ‘manisan kurma’, bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya.
Kenapa nasi? Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks. Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam tubuh juga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.
Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa. Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin terlihat seperti ‘buah pir’, penuh lemak di daerah pinggang. Karena waham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah ’sunnah’, maka puasa bukannya malah menyehatkan kita. Banyak orang di bulan puasa justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka efeknya ‘rajin puasa = rajin berbuka dengan gula.’
(Aryakinan.blogspot.com)

09 September 2007

AIR TRAFFIC CONTROL : Kunci Pembuka Misteri WTC dan Adam Air

Misteri hilangnya pesawat Adam Air sejak 1 Januari lalu sangat menghebohkan. Keluarga penumpang pesawat was-was dan ingin mendapat kepastian keberadaan pesawat selain nasib penumpangnya.
Pesawat yang menghilang tersebut berjenis Boeing 737-400 milik Maskapai Adam Air yang membawa penumpang 102 orang dalam penerbangan dari Bandara Juanda Surabaya tujuan Bandara Sam Ratulangi Menado.
Empat hari setelah pesawat Adam Air dinyatakan hilang, Menteri Perhubungan Hatta Rajasa menyatakan Adam Air tidak terdeteksi karena ATC (Air Traffic Controller) milik Angkasa Pura di Bandara Hassanuddin, Makassar mengalami kerusakan sejak akhir Desember 2006.
Beberapa jam kemudian ia pun meralatnya dengan menyatakan bahwa yang rusak itu adalah LUT (Local User Terminal) yang ada di Bandara Cengkareng milik Badan SAR Nasional (Basarnas), bukan ATC Angkasa Pura.
Kerusakan itu membuat sinyal ELBA/ELT (Emergency Locator Transmitter) dari satelit tidak bisa tertangkap LUT. Sedangkan ATC di Makassar merupakan ATC terbaik yang dimiliki Indonesia dan sama sekali tidak mengalami gangguan.

Sistem kerja ATC
Memang ATC, LUT dan Beacon—salah satunya bisa memancarkan sinyal ELT— merupakan satu kesatuan sistem yang tidak bisa dipisahkan. Satu saja dari tiga organ tersebut yang rusak, semuanya jadi berantakan, seperti kasus hilangnya Adam Air di atas. Akibat LUT rusak, posisi terakhir keberadaan Adam Air pun tidak diketahui.
Selain ketiga organ utama ATC di atas, ada satu lagi yang tidak kalah pentingnya, bahkan bisa dikatakan jauh lebih penting. Tim tersebut bertugas untuk mencari pesawat terbang, kapal laut maupun orang yang terjebak musibah untuk kemudian memberikan pertolongan pertama terhadap kecelakaan. Tim tersebut biasa disebut dengan Tim SAR atau SAR. SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue, yang berarti mencari dan menyelamatkan.
Tim ini akan segera bergerak untuk melakukan pencarian dan penyelamatan ke lokasi musibah setelah mendapatkan informasi adanya musibah. Selain dari sinyal beacon yang dipancarkan unit yang terkena musibah tersebut, informasi kecelakaan bisa didapat dari Pemda, instansi, stasiun radio pantai, TNI, ORARI, RAP1, PRSSNI, Polri, pesawat atau kapal lain yang tidak terkena musibah, dan lain-lain.
Adapun cara kerja sistem ATC ialah sebagai berikut, pertama, beacon—alat pengirim sinyal darurat yang dipasang pada setiap pesawat terbang yang hendak lepas landas atau kapal laut yang akan mengarungi lautan atau kendaraan lain yang hendak melaju—bila terjadi musibah, baik di darat, laut maupun udara, baik secara otomatis maupun manual akan memancarkan sinyal distress pada frekuensi 121,5 MHz untuk pelayaran dan 243 MHz untuk penerbangan atau 406 MHz untuk pelayaran maupun penerbangan.
Kemudian, pancaran sinyal ini akan dideteksi satelit ATC yang melintas di atasnya. Untuk dapat bekerja dengan baik beacon tersebut harus dalam kondisi yang layak pakai, sehingga sinyal yang terpancar dapat diterima dengan baik oleh satelit ATC.
ATC pun memancarkan kembali sinyal tersebut ke bumi. Sinyal tersebut ditangkap stasiun bumi penangkap sinyal, yakni LUT. Kemudian LUT memprosesnya untuk menentukan posisi dan identitas beacon.
Sinyal distress tersebut bersama dengan data beacon dan lokasi oleh Mission Control Centre (MCC) dikirim ke Rescue Coordinating Centre (RCC) atau MCC lain bila lokasi musibah tersebut berada di wilayah lain.
Semuanya diproses dibawah kontrol komputer sehingga berjalan secara otomatis tanpa campur tangan operator. Setelah itu, Tim SAR diberangkatkan ke lokasi yang ditunjukkan sinyal tersebut untuk mencari dan menyelamatkan korban.
ATC, LUT dan beacon merupakan satu kesatuan sistemyang tidak bisa dipisahkan bagi dunia penerbangan. Salah satu saja rusak, semuanyajadi berantakan, seperti kasus hilangnya pesawat Adam Air.

Operasi Intelijen
Pemantauan posisi pesawat secara elektronik oleh ATC juga menyingkap kejanggalan dalam peristiwa 11 September 2001 di Gedung Pentagon. Ada indikasi kesengajaan ketika Pesawat Boeing 757 dengan nomor penerbangan 77 milik Maskapai American Airlines menabrak markas besar Angkatan Bersenjata AS itu.
Pada peristiwa 9/11, sistem ATC di AS berjalan dengan baik. Tidak terdapat kerusakan teknis, baik pada beacon, ATC, maupun LUT. Bahkan, berdasarkan radar ATC, pesawat Boeing tersebut terakhir kali memberikan sinyal ELT di dekat Ohio.
Satu jam kemudian, radar ATC menangkap sinyal asing di Washington DC, tepatnya di lokasi Gedung Pentagon. Belakangan sinyal tersebut diketahui terpancar dari pesawat militer Global Hawk.
Artinya pesawat yang menabrak Gedung Pentagon bukanlah Penerbangan 77 tetapi pesawat milik militer AS, yaitu Global Hawk. Argumennya pesawat komersial dilarang terbang dilangit sekitar Gedung Pentagon. Sedangkan yang boleh terbang di wilayah tersebut hanyalah pesawat militer milik AS.
Jerry D. Grey, seorang penulis yang juga mantan personel Angkatan Udara AS, menyatakan; di bagian Gedung Pentagon yang hancur ditabrak, tidak satu bukti pun menunjukan pecahan badan pesawat Penerbangan 77. Semua bukti mengarah ke pesawat tanpa awak, yakni, Global Hawk.
Di TKP (tempat kejadian perkara) tidak ditemukan satu potongan mayat pun. Padahal pesawat tersebut mengangkut 64 penumpang, Juga tidak ditemukan bukti lain, baik berupa bagian dari jok atau bagasi penumpang, atau pun sisa dari dua mesin besar Boeing 757.
Semua bukti yang ditemukan di TKP mengarah ke pesawat Global Hawk. Bukti itu di antaranya adalah ditemukannya satu mesin kecil dan roda pendaratan, sama persis dengan mesin dan roda pendarat Global Hawk.
Global Hawk merupakan pesawat mata-mata yang sangat ringan dan dilengkapi dengan misil. Pesawat ini sangat langka. Di dunia hanya ada enam, semuanya milik AS. Pada Desember 2002, Angkatan Udara AS menyatakan pesawat tersebut tinggal empat, yang lainnya hilang dalam tugas.
Bagimana nasib 64 penumpang pesawat penerbangan 77 ? Memang ada potongan-potongan mayat yang dikirim ke kamar mayat di Kota Dover. Namun ada yang janggal, mengana potongan-potongan itu tidak dikirim ke kamar mayat di Virginia. Padahal Virginia lebih dekat dari Gedung Pentagon dibandingkan dengan Dover.
Penduduk Dover tidak ada yang tahu bahwa mayat tersebut dibawa dari kamar mayat Virginia atau dari Ohio. Mereka semua percaya potongan mayat-mayat tersebut merupakan korban pesawat Boeing yang menabrak Pentagon.
Apalagi Tim Analisis Gigi dan DNA di Dover memastikan potongan mayat yang dibawa ke kamar mayat Dover memang benar merupakan korban penumpang Boeing 757.

Keawaman sebagian besar publik terhadap sistem kerja ATC dan karakteristik berbagai jenis pesawat terbang dapat dimanfaatkan intelijen untuk melakukan operasi tertentu guna mencapai target sesuai dengan yang diinginkannya.

(Tabloid Intelijen No. 23/Th III/2007)

SERANGAN AGEN GLOBALISASI

Tony Clarke dalam bukunya "The Case Against Global Eco­nomy (2001)" berhasil memetakan seratus pemain ekonomi dunia. Dari seratus pe­main itu, 52 di antaranya adalah korporasi multinasional dan transnasional (TNCs/ MNCs).
Sementara setengah dari seluruh investasi dunia, sahamnya dimiliki oleh TNCs dan 443 dari 500 perusahaan terkaya di dunia, AS 185 pe­rusahaan, Eropa 158 dan Jepang 100 perusahaan. Perusahaan-perusahaan inilah yang menjadi lokomotif sistem ekonomi neoliberal.
Bersimbiosis dengan lembaga pendanaan dunia, seperti IMF dan World Bank, peru­sahaan kapitalis itu terus berupaya mencengkeram negara-negara ketiga.
Untuk memuluskan upaya itu, dimunculkan kesepakatan atau perjanjian scjumlah negara, diantaranya, Perjanjian Umum mengenai TariF dan Perdagangan (GATT), yang melahirkan Organisasi Per­dagangan Dunia (WTO), Perj­anjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), Perjanjian Maastricht untuk Uni Eropa, Wilayah Perdagangan Bebas Amerika (FTAA), Perjanjian Perda­gangan Bebas Asia (AFTA).
Secara sistematis, kongkalikong itu membuat perencanaan sosial, politik, dan ekonomi baru dunia setelah "Revoiusi Industri".
Di Indonesia, para agen globalisasi itu menentukan bagaimana divestasi dan privatisasi harus dilaksanakan. Mereka mensyaratkan divestasi dan privatisasi itu dalam perjanjian pinjaman yang akan mereka berikan terhadap Indonesia.
ADB, misalnya, pada 2001, mengharuskan Jakarta melakukan privatisasi BUMN sebagai syarat pencairan kredit senilai USS 250 juta (sekilar Rp 2,4 triliun). Pen­cairan dana itu dibuat tersendat, dengan alasan Jakarta belum melaksanakan program priva­tisasi BUMN sesuai kesepakatan sebelumnya.
Sedangkan IMF selalu mempersyaratkan privatisasi dalam letter of intent (LoI) yang harus ditandalangani oleh pemerintah Indonesia dalam rangka mendapatkan utang dari mereka.
Privatisasi yang diperintahkan IMF tersebut tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki kinerja BUMN, tetapi secara langsung diarahkan untuk mengubah status kepemilikan BUMN menjadi perusahaan swasta.
Berdasarkan pernyataan Direktur IMF Kawasan Asia Pasifik, Hubert Neiss, pada Februari 1998, bahwa pasar Asia diupayakan akan lebih banyak dikuasai bank asing sebagai konsekuensi dari persetujuan yang ditandatangani dengan IMF.
Kasus-kasus divestasi dan pri­vatisasi telah berlangsung di Indo­nesia sejak pasca krisis ekonomi. Tentu saja, BUMN yang divestasi ataupun privatisasi perusahaan yang masuk dalam kategori "blue chip" di pasar saham.
Tidak heran jika sebagian besar perusahaan itu adaiah peru­sahaan sektor perbankan dan telekomunikasi.
Sektor yang dikuasai Singapura:
1) Sektor Telekomunikasi.
Pada 2002, 42 persen saham Indosat diprivatisasi dijual kepada STT Telecom Singapura. Kepemilikan STT Telecom tersebut merupakan saham mayoritas, sehingga memiliki hak yang menentukan arah perusahaan.
Penjualan itu akan membahayakan kepentingan nasional, mengingat Indosat merupakan perusahaan operator satelit dan komunikasi yang dipandang sebagai hajat hidup orang banyak yang sesuai konstitusi seharusnya dikuasai oleh negara.
2) Sektor Perbankan. Saham bank-bank swasta terbesar di Indonesia yang sempat dimiliki pemerintah melalui program-program penyehatan perbankan, sudah dikuasai asing melalui divestasi yang dilakukan oleh BPPN dan PT PPA (Persero).
PT Bank Danamon Tbk, 65,76 persen sahamnya telah dikuasai Konsorsium Temasek Holding dan Deutsche Bank. Begitu pula dengan PT Bank Cent­ral Asia Tbk (BCA), telah dikuasai Farindo Invest­ments (Faralion). Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Niaga, Bank Permata, Bank NISP juga sudah dikuasai asing. Bank-bank tersebut telah merambah ke tingkat kabupaten, kecamatan, desa-desa dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
3) Sektor Persemenan. PT Semen Gresik Tbk yang di bawahnya bergabung PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa, 25,38 per­sen sahamnya telah dikua­sai Cemex Asia Ltd, Meksiko. PT Indocement Tunggal Prakarsa, sekitar 70 persen sahamnya telah dikuasai Heidelberger.
(Sumber : Tabloid INTELIJEN No. 15 Th. III/2006)

05 September 2007

JAJANAN SEKOLAH MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA

Sebagian besar makanan jajanan yang dijual di sekitar lingkungan sekolah di Depok positif mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan. "Ini harus menjadi perhatian semua pihak, baik orangtua, guru, siswa, pedagang maupun instansi terkait," papar Kepala Bidang Farmasi dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Depok, Ani Rubiani, dalam forum seminar hasil survei Dinkes Depok terhadap makanan jajanan di sekolah Kota Depok, Rabu (5/9).
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Depok bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) telah melakukan survei serta pengambilan sampel makanan jajanan di 60 sekolah di enam kecamatan sejak awal Agustus lalu. Setiap sampel dianalisis di laboratorium Saraswati Bogor untuk mengukur kandungan Bahan Tambahan Pangan (BTP).
Hasilnya cukup mengejutkan. Sebagian besar dari sampel tersebut, positif mengandung BTP melebihi kadar yang diizinkan. Survei mencatat, BTP yang banyak ditemukan di makanan jajanan sekolah antara lain, boraks (Kecamatan Limo, Beji dan Pancoran Mas), formalin (Kecamatan Sukmajaya dan Beji, metanil (Sukmajaya dan Cimanggis), rhodamin (Sawangan, Beji, Pancoran Mas), serta siklamat (Sukmajaya, Pancoran Mas, dan Sawangan).
Kandungan bahan berbahaya yang terdapat di beberapa jenis jajanan, yakni jajanan tahu mengandung formalin 42,10 persen, bakso mengandung boraks hingga 88,90 persen, es teh mengandung siklamat 40 persen, mi mengandung zat pewarna 14,30 persen, dan gulali mengandung zat pewarna hingga 60 persen. "Kandungan bahan berbahaya pada kadar tersebut jelas tidak memenuhi syarat kesehatan," tegasnya.
BTP merupakan bahan yang dilarang karena berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya, mie bakso yang mengandung boraks dalam jangka panjang dapat meninibulkan penimbunan dalam otak, hati, dan jaringan lemak. Sedangkan jangka pendeknya, gejala yang biasanya muncul adalah keracunan, mual, muntah, diare, berlendir dan berdarah, kejang perut dan gangguan peredaran darah.
Menurutnya, terdapat beberapa BTP yang tidak diizinkan untuk dicampurkan pada makanan. Yakni boraks yang biasanya dipakai untuk antiseptik dan pembunuh kuman, formalin untuk mengawetkan mayat dan organ tubuh, serta rodhamin dan metanil yellow yang merupakan pewarna tekstil.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB7 Rizal Syarief mengatakan, mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung bahan berbahaya, akan menyebabkan sejumlah gangguan dalam fungsi tubuh. "Kita bisa kena keracunan akut dan kronis," ungkap dia.
Keracunan akut lebih berefek langsung yakni terserang diare, yang tidak tertutup kemungkinan dapat menimbulkan bahaya kematian. Sedangkan keracunan kronis, biasanya menahun antara lima hingga 10 tahun. "Formalin contohnya, bisa membuat usus menjadi keras dan perih, sedangkan zat pewarna menyebabkan kanker," katanya.
Sejumlah pedagang makanan yang ditemui mengaku tidak tahu yang disebut bahan pengawet atau beracun, "Saya menjual tahu goreng sudah bertahun-tahun tapi tidak tau kalau ada kandungan bahan berbahayanya," tutur Rudi, penjuai tahu goreng di sekitar gedung SD Depok Jaya 3.
(Republika, 6 September 2007, halaman 22)

Alasan Politik dan Militer Globalisasi Ekonomi

Pernyataan sebagian besar orang tentang analogi yang tepat antara Amerika Serikat dan Kekaisaran Romawi layaknya pernyataan bahwa sejarah Imperium Amerika tidak dimulai pada 1948, sebagai reaksi atas kudeta di Prague dan reaksi atas pembentukan lingkungan pengaruh Soviet. Mereka berpendapat bahwa sistem Amerika tersebut dibangun pada 1945, saat berakhirnya perang dunia yang mengukuhkan supremasi industri dan militer Amerika Serikat. Ambisi Amerika yang baru adalah menaklukkan secara fundamental protektorat Jerman dan Jepang—dua tambahan penting karena kepentingan ekonomi—yang dimulai pada 1945. Jerman merupakan kekuatan industri terbesar kedua di dunia sebelum perang dunia, dan Jepang adalah kekuatan industri terbesar kedua dunia saat ini. Dengan kekuatan militer, Amerika Serikat berambisi meneguhkan kekuasaannya atas kedua negara ini sebagai dua fokus penting pengendalian ekonomi dunia. Inilah alasan membandingkan sejarah Amerika Serikat dengan Kekaisaran Romawi.
Dibanding Athena, dimensi ekonomi dan sosial Roma didokumentasikan jauh lebih baik. Penilaian distorsi struktur sosial Romawi akibat akumulasi modal kekayaan yang dihasilkan di wilayah-wilayah luar yang berada di bawah kekuasaan militer, sebenarnya memungkinkan.
Selama 100 tahun setelah kemenangannya yang menentukan atas Carthage, pada akhir Punic War kedua, Roma berekspansi dengan cepat ke timur dan menjadi penguasa di seluruh Mediterranean Basin. Roma memiliki sumber-sumber lahan, uang, dan budak yang tidak terbatas. Roma memungut pajak atau upeti di seluruh wilayah kekuasaannya dan dapat mengirimkan bahan makanan dan hasil-hasil pabrik secara besar-besaran ke ibukota pusat. Para petani dan buruh di Italia merasa kekuatan ekonominya merapuh sebagaimana ekonomi Mediterranean yang "disatukan" oleh kekuasaan politik Roma. Masyarakat tersebut dibedakan antara, proletar yang lemah secara ekonomi di satu sisi, dan kapitalis yang rakus disisi lain. Dengan kekayaannya, kelas kapitalis minoritas mengatur mayoritas penduduk yang 'dimiskinkan'. Kelas-kelas menengah runtuh. Sebuah proses yang mengakhiri republik dan mengawali bentuk politik yang dikenal sebagai "kekaisaran" sesuai dengan observasi Aristoteles (Politics 4.11) tentang kepentingan kelas sosial menengah atas sistem politik yang stabil. Walaupun suka membangkang, sebagai kelas yang secara geografis penting karena eksistensinya, kelas proletar dihidupi atas biaya kekaisaran tersebut. Bagi siapapun yang tertarik pada globalisasi ekonomi yang digalakkan Amerika, perbandingan persamaan dan perbedaan dengan model-model kuno ini sangat membantu. Baik diungkapkan dengan preseden Athena ataupun Romawi, terbukti bahwa kekuasaan ekonomi di sebuah wilayah membutuhkan sokongan politik dan militer untuk mengukuhkannya. Sesuai kapasitas kajiannya, Visi politis bidang ekonomi, membenarkan pendapat populer yang melihat globalisasi sebagai sebuah fenomena politik. Stigma yang telah menyebar luas ini, mengangankan sebuah dunia ekonomi liberal dimana bangsa, negara, dan kekuatan militer tidak ada didalamnya. Namun, ketika sampai pada contoh Athena dan Roma, mustahil tidak dipahami bahwa pembentukan ekonomi dunia secara global adalah hasil dari proses politikomiliter yang tidak bisa dijelaskan tanpa merujuk dimensi politikomiliter sistem tersebut.
(Emmanuel Todd, "After the Empire : The Breakdown of the American Order", diterjemahkan menjadi "Menjelang Keruntuhan Amerika" oleh Siwi Purwandari, Penerbit Menara, 2002).

04 September 2007

MENGGUGAT MAFIA BERKELEY

Barangkali, tak tepat benar. Tapi di kalangan ekonom Indonesia, kini berkembang. sinisme yang mengatakan, ada ribuan-bahkan jutaan-alasan untuk memvonis sepak terjang "Mafia Berkeley" lebih kejam ketimbang praktik mafioso yang dijalankan Keluarga Corleono dalam trilogi The Godfather. Ribuan dan jutaan alasan itu adalah nasib rakyat Indonesia yang sampai saat ini masih berada di bawah garis kemiskinan gara-gara kebijakan ekonomi yang terlalu memihak pada pasar bebas dan pro-IMF serta Bank Dunia.
Tahun ini, tepat 51 tahun mulai berseminya mazhab liberal yang dibawa para teknokrat dan ahli ekonomi alumni Uni­versity of California, Berkeley, itu. Uniknya, perayaannya tak dilakukan para penganutnya. Melainkan oleh para 'pengagumnya', yakni mereka yang justru kerap mengkritisi kebijakan-kebijakan Mafia Ber­keley itu.
Menurut para 'pengagum' Mafia Berkeley tersebut, 50 ta­hun keberadaan mereka di In­donesia hanya menyumbangkan satu hal. Yakni, kegagalan Indonesia menjadi negara yang sejahtera dan besar di Asia Tenggara. "Kita semakin ketinggalan dari segi pendapatan perkapita, distribusi pendapat­an paling timpang, stok utang paling besar, dan landasan struktural dan industri yang paling rapuh," ujar mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli, dalam Seminar Nasional 50 Tahun Mafia Berkeley Vs Alternatif Sistem Perekonomian Indonesia, Senin 5 Juni 2006.
Menurut Rizal, nyaris tak ada kasus sejenis di dunia, di mana sekelompok ekonom berkuasa selama hampir 40 tahun-sejak pertengahan 1950-an hingga sekarang. Para ekonom itu, seakan turun-temurun melanggengkan arah, strategi, dan kebijakan ekonomi nasional.

Peran Ford Foundation
Kelahiran istilah Mafia Ber­keley dibidani oleh Ford Foun­dation dan Rockefeller Foun­dation. Pada dekade 1950-1960 keduanya membidik para mahasiswa cerdas Indonesia untuk disekolahkan ke University of California, Berkeley. Kepentingan AS sangat jelas, mengganjal laju komunisme dan paham ekonominya di Indonesia.
Dari sana, lahirlah Prof Sumitro Djojohadikusumo, yang kerap dijuluki "begawan eko­nomi Indonesia." Generasi berikutnya diperankan oleh Prof Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Emil Salim, dan JB Sumarlin. Kini. mazhab itu -sengaja atau tidak- terwariskan kepada figur-figur yang pernah dan sedang berada di pusat kekuasaan, seperti Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Jusuf Anwar, Boediono, Sri Mulyani, atau bahkan ekonom muda yang tidak sekolah di Berkeley, semacam Chatib Basri dari LPEM UI.
Rizal menilai, kebijakan yang mereka ambil secara prinsip satu jalur dengan kebijakan ekonomi generik ala IMF dan Bank Dunia. Di mana untuk tiap masalah ekonomi di negara-negara berkembang atau belum berkembang, hanya ada satu jawaban, liberalisasi di segala bidang. Jauhkan tangan pemerintah terhadap kinerja ekonomi, biarkan invisible hands dari Adam Smith yang mengatur pasar.
Garis kebijakan para ekonom Berkeley dikenal dengan sebutan "Konsensus Washington" -yaitu kebijakan anggaran yang ketat dan penghapusan subsidi, liberalisasi keuangan, liberalisasi industri dan perdagangan, serta privatisasi aset-aset pemerintah yang strategis.
"Sekilas program Konsensus Washington ini sangat wajar dan netral, namun dibaliknya tersembunyi kepentingan negara-negara maju yang merupakan kreditor utama utang luar negeri Indonesia," jelas Ri­zal, yang memang amat anti-IMF

Asing yang untung
Bagi mantan kepala Bappenas, Kwik Kian Gie, sepak terjang Mafia Bekeley bisa terlihat dari keputusan pemerintah terhadap investor asing di perusahaan minyak. "Kita punya sangat banyak insinyur pertambangan lulusan luar negeri tapi 92 persen hasil minyak kita justru dieksploitasi oleh perusahaan asing. Pertamina hanya kebagian delapan persen," kata Kwik.
Lalu, apa komentar para penganut mazhab Berkeley terhadap sinisme para penentangnya tadi. Jawaban Menkeu Sri Mulyani saat ra­ker dengan Komisi XI beberapa waktu lalu barangkali bisa mewakili.
"Saya tetap bekerja untuk Indonesia, bukan untuk IMF. Jangan mentang-mentang saya sekolah di luar (negeri) lalu dijuluki Mafia Berkeley, maka saya dianggap tidak punya nasionalisme," sergah Sri Mul­yani.
Tapi, fakta yang terjadi saat ini tentu lebih jernih menilai. Yakni, pertumbuhan ekonomi yang lambat, tumpukan utang luar negeri yang menggunung, sektor riil ogah bergerak, pengangguran meningkat, ser­ta pemerataan pembangunan yang masih sebatas mimpi.
(Republika, Selasa 6 Juni 2006, Halaman 1)