Tidak banyak orang yang mengenal Wes Penre. Namun dialah tokoh di belakang kebangkitan era musik Rock dan Heavy Metal di tahun 1980 hingga 1990-an di Amerika dan kemudian menjalar ke seluruh dunia. Wes Penre merupakan pengubah dan pencipta lagu, komposer ternama, bagi grup-grup musik cadas dunia seperti Rolling Stone, Black Sabbath, Metallica, Aerosmith, Led Zeppellin, Slaughter, Megadeath, Dio, Sepultura, dan sebagainya.
Pada tahun 1970-an, saat anak-anak muda AS gandrung pada gaya hidup hippies. Penre merupakan salah seorang anggotanya. "Saya ikut gerakan hippies membiarkan rambut saya panjang, dan ikut dalam aksi unjuk rasa menentang invasi Amerika di Vietnam," tulis Penre di situsnya, Illumnaty News.com pada 11 April 2005.
Penre yang menyatakan peduli dengan politik tapi tidak mau masuk jadi anggota satu partai politik pun, menyatakan bahwa tahun 1980-an merupakan tahun kegelapan bagi perjalanan hidupnya. "Gerakan hippies di era itu sudah mati. Yang ada anak-anak muda yang kecanduan narkotika dan obat-obatan. Masyarakat tidak punya arah. Di saat itulah musik heavy metal bangkit. Saya menjadi anggota kelompok band heavy metal yang sungguh-sungguh memuja setan. Saya kehilangan semangat hidup dan tidak tahu harus kemana. Suatu ketika saya bergabung dengan kelompok rahasia pemuja setan dan mulai membahas tentang The New World Order dan sebagainya."
Saat itu, Penre juga menulis syair lagu-lagu rock dan heavy metal yang bertemakan pemujaan terhadap kebebasan seks, pemujaan setan, penghinaan kepada semua agama, peperangan, dan sejenisnya. "Anehnya, studio-studio besar seperti BMG Sony mau merekam lagu-lagu itu. Padahal saya pernah menulis lagu yang syairnya tentang ketuhanan, perdamaian, dan sebagainya, tapi ketika itu tidak ada yang tertarik merekamnya."
Tahun 1988 Penre menikah dengan seorang anggota Secret Society perempuan. Karena keduanya berpikir kritis, mereka kemudian sadar dan meninggalkan kelompok itu. "Dengan uang yang ada, kami membeli komputer dengan peralatan internet yang tidak sebaik saat mi. Saya berselancar di alam maya dan sungguh ironis, internet telah menyelamatkan saya. Saya baru menyadari kenyataan bahwa di belakang semua industri rekaman, juga industri hiburan lainnya, ada satu kelompok yang mengatur segalanya. Kelompok ini adalah Illuminati," tegas Penre yang kemudian beralih profesi menjadi seorang peneliti okultisme dan kelompok-kelompok rahasia. Awal tahun 2000, Penre meninggalkan dunia hiburan. Latar belakangnya sebagai anggota kelompok pemuja setan, artis, sekaligus penulis lagu, sangat membantunya dalam profesinya yang baru ini. Sejumlah artis secara diam-diam membantu Penre untuk mengusut Illummaty di belakang industri hiburan Amerika. Sekarang Penre banyak menulis artikel-artikel tentang pengaruh Illuminati terhadap dunia hiburan Amerika dan juga dunia.
Pada tahun 1970-an, saat anak-anak muda AS gandrung pada gaya hidup hippies. Penre merupakan salah seorang anggotanya. "Saya ikut gerakan hippies membiarkan rambut saya panjang, dan ikut dalam aksi unjuk rasa menentang invasi Amerika di Vietnam," tulis Penre di situsnya, Illumnaty News.com pada 11 April 2005.
Penre yang menyatakan peduli dengan politik tapi tidak mau masuk jadi anggota satu partai politik pun, menyatakan bahwa tahun 1980-an merupakan tahun kegelapan bagi perjalanan hidupnya. "Gerakan hippies di era itu sudah mati. Yang ada anak-anak muda yang kecanduan narkotika dan obat-obatan. Masyarakat tidak punya arah. Di saat itulah musik heavy metal bangkit. Saya menjadi anggota kelompok band heavy metal yang sungguh-sungguh memuja setan. Saya kehilangan semangat hidup dan tidak tahu harus kemana. Suatu ketika saya bergabung dengan kelompok rahasia pemuja setan dan mulai membahas tentang The New World Order dan sebagainya."
Saat itu, Penre juga menulis syair lagu-lagu rock dan heavy metal yang bertemakan pemujaan terhadap kebebasan seks, pemujaan setan, penghinaan kepada semua agama, peperangan, dan sejenisnya. "Anehnya, studio-studio besar seperti BMG Sony mau merekam lagu-lagu itu. Padahal saya pernah menulis lagu yang syairnya tentang ketuhanan, perdamaian, dan sebagainya, tapi ketika itu tidak ada yang tertarik merekamnya."
Tahun 1988 Penre menikah dengan seorang anggota Secret Society perempuan. Karena keduanya berpikir kritis, mereka kemudian sadar dan meninggalkan kelompok itu. "Dengan uang yang ada, kami membeli komputer dengan peralatan internet yang tidak sebaik saat mi. Saya berselancar di alam maya dan sungguh ironis, internet telah menyelamatkan saya. Saya baru menyadari kenyataan bahwa di belakang semua industri rekaman, juga industri hiburan lainnya, ada satu kelompok yang mengatur segalanya. Kelompok ini adalah Illuminati," tegas Penre yang kemudian beralih profesi menjadi seorang peneliti okultisme dan kelompok-kelompok rahasia. Awal tahun 2000, Penre meninggalkan dunia hiburan. Latar belakangnya sebagai anggota kelompok pemuja setan, artis, sekaligus penulis lagu, sangat membantunya dalam profesinya yang baru ini. Sejumlah artis secara diam-diam membantu Penre untuk mengusut Illummaty di belakang industri hiburan Amerika. Sekarang Penre banyak menulis artikel-artikel tentang pengaruh Illuminati terhadap dunia hiburan Amerika dan juga dunia.
.
Yahudi Sebagai Dalang.
Berbekal pengalamannya malang-melintang di dunia hiburan, musik cadas yang dekat dengan kelompok penyembah setan, bahkan Penre juga aktif dalam The Secret Society, membuatnya menjadi seorang penulis yang produkrif. Walau telah meninggalkan dunia hiburan, tapi Penre tetap mengamati gerak dunia yang dulu pernah digelutinya. Hanya saja, jika dahulu dia sebagai pemain, maka sekarang dia lebih sebagai seorang Penre menemukan bukti adanya kelompok khusus dan tersembunyi, yang bergerak secara rahasia, yang terdiri dari tokoh-tokoh Yahudi multinasional dan juga para pengusahanya, yang berada di belakang seluruh industri rekaman besar AS dan juga di belakang industri hiburan AS. "Gerakan ini dikuasai oleh kelompok yang sangat kaya dan mereka menamakan dirinya Illuminati atau Moriah Conquering. Mereka bermain di belakang industri hiburan dunia dengan tujuan agar bisa mempengaruhi pikiran umat manusia agar tunduk pada cita-cita mereka, yakni menciptakan One World Government" tegas Penre.
"Bukan rahasia lagi di AS bahwa siapa pun yang ingin namanya besar dan menjadi orang terkenal di dunia hiburan, maka ia harus tunduk dan mau bekerja sebagai agen dari Illuminati, atau setidaknya mau diajak bekerjasama, dengan sadar atau tidak," lanjutnya.
Penre mengatakan bahwa jika Anda artis, maka sesungguhnya Anda bisa bebas untuk kemana saja, dan untuk bekerjasama dengan siapa saja. Namun industri hiburan menyebabkan seorang artis tidak bisa bergerak bebas dan tidak bisa bebas menentukan dengan siapa harus bekerjasama. "Ada agen, ada manajer, ada direktur, dan sebagainya. Tidak jarang artis hanyalah boneka perahan dari perusahaan tempatnya mencari nafkah. Hollywood adalah perusahaan hiburan terbesar di dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh Illuminati dan juga Freemason," tandas Penre lagi yang menyatakan jika si artis tidak mau dikendalikan maka artis itu biasanya tidak mendapat job rekaman, karirnya dihalangi, atau bahkan jika perlu dibunuh.
"Ada banyak kasus bunuh diri pada artis di Amerika, yang sesungguhnya mereka bukanlah bunuh diri melainkan dibunuh. Ada yang mempergunakan obat-obatan hingga melebihi dosis, kecelakaan, atau kepalanya ditembak. Contoh paling baik adalah apa yang menimpa mantan gitaris grup band Metallica di tahun 1980-an yang diketemukan mati di kamar sebuah hotel," ujarnya.
Yahudi Sebagai Dalang.
Berbekal pengalamannya malang-melintang di dunia hiburan, musik cadas yang dekat dengan kelompok penyembah setan, bahkan Penre juga aktif dalam The Secret Society, membuatnya menjadi seorang penulis yang produkrif. Walau telah meninggalkan dunia hiburan, tapi Penre tetap mengamati gerak dunia yang dulu pernah digelutinya. Hanya saja, jika dahulu dia sebagai pemain, maka sekarang dia lebih sebagai seorang Penre menemukan bukti adanya kelompok khusus dan tersembunyi, yang bergerak secara rahasia, yang terdiri dari tokoh-tokoh Yahudi multinasional dan juga para pengusahanya, yang berada di belakang seluruh industri rekaman besar AS dan juga di belakang industri hiburan AS. "Gerakan ini dikuasai oleh kelompok yang sangat kaya dan mereka menamakan dirinya Illuminati atau Moriah Conquering. Mereka bermain di belakang industri hiburan dunia dengan tujuan agar bisa mempengaruhi pikiran umat manusia agar tunduk pada cita-cita mereka, yakni menciptakan One World Government" tegas Penre.
"Bukan rahasia lagi di AS bahwa siapa pun yang ingin namanya besar dan menjadi orang terkenal di dunia hiburan, maka ia harus tunduk dan mau bekerja sebagai agen dari Illuminati, atau setidaknya mau diajak bekerjasama, dengan sadar atau tidak," lanjutnya.
Penre mengatakan bahwa jika Anda artis, maka sesungguhnya Anda bisa bebas untuk kemana saja, dan untuk bekerjasama dengan siapa saja. Namun industri hiburan menyebabkan seorang artis tidak bisa bergerak bebas dan tidak bisa bebas menentukan dengan siapa harus bekerjasama. "Ada agen, ada manajer, ada direktur, dan sebagainya. Tidak jarang artis hanyalah boneka perahan dari perusahaan tempatnya mencari nafkah. Hollywood adalah perusahaan hiburan terbesar di dunia yang sepenuhnya dikendalikan oleh Illuminati dan juga Freemason," tandas Penre lagi yang menyatakan jika si artis tidak mau dikendalikan maka artis itu biasanya tidak mendapat job rekaman, karirnya dihalangi, atau bahkan jika perlu dibunuh.
"Ada banyak kasus bunuh diri pada artis di Amerika, yang sesungguhnya mereka bukanlah bunuh diri melainkan dibunuh. Ada yang mempergunakan obat-obatan hingga melebihi dosis, kecelakaan, atau kepalanya ditembak. Contoh paling baik adalah apa yang menimpa mantan gitaris grup band Metallica di tahun 1980-an yang diketemukan mati di kamar sebuah hotel," ujarnya.
.
(Majalah Eramuslim Digest Edisi Koleksi III Tahun 2007)
1 komentar:
saya dulu pernah membaca tentang illuminati dan sisters of light di buku "bebas dari cengkeraman setan" karya rebecca brown. sekarang bukunya sudah sangat sulit ditemui, katanya sudah diborong oleh anggota illuminati untuk dimusnahkan.....
Posting Komentar