Semoga melalui media digital personal website yang sangat sederhana ini, tali silaturahmi dan pertemanan yang terputus dapat tersambung kembali dan mengakrabkan kita, sebab hidup dgn ilmu akan lebih mudah, hidup dgn seni akan lebih indah & hidup dgn iman pasti akan terarah.

Masukan yang bersifat membangun dapat dikirimkan melalui email : bagyoesx@gmail.com atau bagyo_27061965@yahoo.co.id atau SMS/Kontak HP 08159552196

26 September 2007

Tegas pada Yahudi

Setelah berhasil menundukkan kafir Quraisy di medan Badar, Rasulullah saw mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Beliau berkata, "Masuklah ke dalam Islam sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah dirasakan kaum Quraisy."
Seperti diriwayatkan Abu Dawud dari jalur Ibnu Abbas, mendengar seruan itu, orang-or­ang Yahudi menjawab dengan pongah, "Wahai Mu­hammad, janganlah Anda membanggakan kemenangan terhadap kaum Quraisy. Mereka itu tidak mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Anda hadapi, niscaya Anda akan mengetahui siapa sebenarnya kami."
Jawaban Bani Qainuqa' itu merupakan pernyataan terbuka bagi kaum Muslimin untuk berperang. Tetapi Nabi SAW menahan amarahnya dan bersabar. Demikian pula kaum Muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang Yahudi berbuat kejahatan yang bisa disebut melanggar perjanjian Piagam Madinah yang telah disepakati.
Kenyataannya memang demikian. Yahudi Bani Qainuqa' bertambah berani. Tak lama kemudian, mereka berbuat kerusuhan di Madinah. Di antara tindakan Yahudi Bani Qainuqa' yang benar-benar melampaui batas adalah apa yang diriwayatkan Ibnu Hisyam dari Abu 'Aun. Seorang perempuan Arab datang ke pasar Bani Qainuqa' untuk menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang Yahudi meminta perempuan itu untuk membuka penutup mukanya, tetapi perempuan itu menolak. Tanpa diketahui, secara diam-diam tukang sepuh itu menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuhnya pada bagian punggungnya. Ketika perempuan itu berdiri, terbukalah aurat bagian belakangnya. Orang-or­ang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
Perempuan itu kemu­dian berteriak meminta pertolongan. Mendengar teriakan itu, salah seorang dari kaum Muslimin menyerang Yahudi tukang sepuh itu dan membunuhnya!
Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian mengeroyoknya. Peristiwa ini menjadi pemicu terjadinya peperangan antara kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa'. Bersama pasukannya, Rasulullah SAW berangkat menuju Bani Qainuqa. Ketika melihat kedatangan kaum Muslimin, orang Yahudi segera berlindung dalam benteng. Kaum Muslimin mengepung mereka secara ketat. Pengepungan itu berlangsung selama lima belas hari. Allah menimpakan rasa takut dalam hati orang Yahudi. Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima hukuman yang diputuskan oleh Rasulullah SAW menyangkut budak, harta istri dan anak keturunan mereka.
Untuk mengusir mereka, Rasulullah saw menyuruh Ubadah bin Shamit yang segera memberikan waktu tiga hari pada orang-orang Yahudi untuk berkemas. Mereka hanya diperkenankan membawa anak dan istri serta pakaian yang melekat di tubuh. Rasulullah SAW menerima harta kekayaaan mereka. Dari harta tersebut, beliau mengambil tiga keping uang, dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima ghanimah. Berkenaan dengan peristiwa Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Ubay, Allah menurunkan firman-Nya pada surah al-Maidahayat51-56.
Ada dua hal menarik yang patut dicermati dalam kisah Perang Bani Qainuqa' ini. Pertama, belang Yahudi sebagai pengkhianat kembali menunjukkan buktinya. Piagam Madinah yang telah mereka sepakati kembali dilanggar. Agaknya Yahudi memang tak bisa dipisahkan dengan ciri khasnya sebagai bangsa peng­khianat. Pengkhianatan mereka di masa Rasulullah SAW diawali oieh seorang Yahudi bemama Syas bin Qais. Suatu ketika ia melewati beberapa sahabat Nabi SAW dari kabilah Aus dan Khazraj yang sedang berbincang-bincang dalam sebuah majelis.
Dengan segala tipu dayanya, si Yahudi itu berusaha mengadu domba umat Islam. Sebelum terjadi perkelahian, Rasullah SAW mendatangi mereka seraya bersabda, 'Wahai kaum Muslimin, apakah kalian menyerukan seruan jahiliyah sementara aku masih berada di tengah-tengah kalian, setelah Allah menun­jukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah, menyelamatkan kalian dari kekufuran, dan menyatukan hati kalian?"
Kaum Muslimin pun sadar. Mereka menangis dan saling berangkulan lalu pergi dari tempat itu.
Kedua, sikap tegas Rasulullah SAW. Mulanya Rasulullah SAW berusaha menahan diri. Namun, ternyata mereka tak bisa diberi "angin". Bagi kaum Muslimin, ketegasan Rasulullah SAW ini menjadi pelajaran berharga. Bahwa, di mana pun, Yahudi tetap berbahaya. Sikap tegas ini tak hanya ditujukan pada Yahudi secara komunitas atau kelompok. Tapi juga secara personal.
Di masa Nabi, kelompok Yahudi yang pal­ing jahat adalah Bani Qainuqa'. Dan, orang Yahudi yang paling jahat dari Bani Qainuqa' adalah Ka'ab bin Asyraf. Ketika pertama kali mendengar berita tentang kemenangan kaum Muslimin di medan Badar, hati musuh Allah ini tergerak untuk mencaci Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW menyuruh Muhammad bin Maslamah, Abad bin Bisyr, Abu Na'ilah (saudara susu Ka'ab, bernama Balkan bin Salamah), al-Harits bin Aus, dan AbuAbas bin Habar, untuk "menyelesaikan" Ka'ab bin Asyraf.
Di suatu tempat, mereka berhasil membunuh Ka'ab bin Asyraf. Ka'ab pun mati terkapar sambil meraung keras dan membuat ketakutan orang-orang di sekitamya.
Tindakan tegas sebagian sahabat Nabi terhadap mereka yang jelas-jelas memusuhi Islam itu, mulanya dari kemauan perorangan. Namun, akhirnya dibenarkan oleh Nabi SAW karena bertujuan untuk kepentingan Islam dan kaum Muslimin.
Di masa sekarang, jejak Yahudi yang bekasnya masih direkam sejarah, tak boleh dilupakan. Ditemukannya bekas sinagog, tempat ibadah orang Yahudi di Gedung Bappenas dan makam tentara Jerman yang dibantai oleh Yahudi di Pasir Muncang Ciawi, Bogor, merupakan bukti sejarah bahwa Yahudi pernah "berkuasa" di Indonesia.
Selain itu, beberapa perusahaan besar juga dipegang oleh orang Yahudi. Ini mengisyaratkan bahwa Yahudi tetap ingin mencengkeramkan kukunya di Indonesia. Tak bisa dengan cara formal, mereka menyusup secara diam-diam.

(Hepi Andi, Sabili 15 Juni 2005)

Tidak ada komentar: