Semoga melalui media digital personal website yang sangat sederhana ini, tali silaturahmi dan pertemanan yang terputus dapat tersambung kembali dan mengakrabkan kita, sebab hidup dgn ilmu akan lebih mudah, hidup dgn seni akan lebih indah & hidup dgn iman pasti akan terarah.

Masukan yang bersifat membangun dapat dikirimkan melalui email : bagyoesx@gmail.com atau bagyo_27061965@yahoo.co.id atau SMS/Kontak HP 08159552196

26 Agustus 2007

KARAKTERISTIK BOM BALI-I : MIKRO NUKLIR, BUKAN C-4 APALAGI TNT


Dari berbagai fakta yang ditemukan di lapangan, ledakan bom yang terjadi di depan diskotik Sari Club, Kuta-Bali, pada 12 Oktober 2002, merupakan bom non kon-vensional berjenis mikro nuklir, yang dikenal dengan singkatan SADM (Special Atomic Demoli­tion Amunition).
Bom tersebut dari status dor­mant sampai mencapai waktu-kritik membutuhkan tempo satu perseribu detik, menghasilkan detonasi yang amat dahsyat berupa bola api di bawah tanah, menciptakan gelombang panas (heat wave) dengan suhu tidak kurang dari 300.000 derajat celcius dan gelombang tekan (shock wave) yang berkekuatan satu juta kaki perdetik.
Kekuatan sedahsyat itu dalam tempo lima per-seribu detik berekspansi keluar membongkar permukaan bumi berupa aspal, batu dan tanah dengan bobot dua ton, yang ada di depan Sari Club, dan oleh tingginya suhu dalam sekejap berubah menjadi gas, melemparkan dan membakarnya ke udara berupa bola api berbentuk cendawan besar yang menyilaukan mata, yang tampak dengan jelas dari pantai Grobogan, 12 kilometer di seberang pantai Kuta, membakar siapa saja dan apa saja yang berdiri dalam jarak 10 meter dari titik ledak menjadi uap.
Setiap korban yang tidak tewas, yang berdiri pada garis lurus pandang oleh emisi panas ultra violetnya yang luar biasa bisa memperoleh luka bakar hebat. Tiga orang dokter ahli luka bakar terkemuka Australia menyatakan di depan teve bahwa mereka, "Belum pernah seumur hidup melihat luka seperti itu." Sementara itu angin kencang bertiup ke segala arah laksana puting beliung, memotong-motong tubuh para pengunjung Sari Club menjadi laksana serpihan mie kwee tiauw, sementara potongan-potongan tubuh manusia berupa kepala, lengan dan kaki diterbangkan sampai beberapa blok jauhnya, terpampang di atas bangunan-bangunan di sekitar area ledakan.
Mereka yang berada di perifer radius demolisi yang panjangnya 200-an meter, tewas meski de­ngan tubuh utuh, dengan tulang-belulang di dalam sudah patah-patah remuk-redam oleh gelom­bang tekan (shock wave) yang menerpa mereka. Ledakan itu menewaskan 184 orang, mencederai 250-an orang dan seratusan lagi dinyatakan hilang menguap ke udara atau menjadi serpihan-serpihan daging yang tidak mungkin lagi dapat dikenali.
Kurang dari sepuluh seper-sejuta detik setelah massa dari bom itu mencapai titik-titiknya, gelombang panas yang menca­pai 300.000 derajat celcius membakar 47 bangunan, mobil-mobil terlempar sampai 6 meter ke udara dan kemudian seratusan mobil dari berbagai jenis yang berada sampai sejauh dua blok dari titik ledak terbakar tanpa bentuk; potongan-potongan besi bangunan patah-patah dan bengkok oleh hebatnya tekanan ledakan, kaca bangunan berterbangan ke segala arah. Getaran ledakan terasa sampai jarak 12 kilome­ter dari titik ledakan.
Seorang turis yang pernah mengalami serangan bom di London pada tahun 1990-an mengatakan, "Saya tiba-tiba merasa hotel kami berguncang keras dan saya lari menuju jendela untuk menengok apa yang terjadi. Dari jarak jauh saya dapat melihat asap putih berbentuk cendawan, dan saya menyadari ini bukan serangan biasa."
Rekaman video yang dibuat Hal Turner dari tempat menginapnya, dengan jelas memperlihatkan terbentuknya asap cen­dawan di atas daerah ledakan, Pantai Legian, Kuta, dengan karakteristik adanya nyala api yang menyilaukan di udara untuk waktu yang cukup lama setelah terjadinya ledakan awal. Gejala ini tidak akan terjadi sekiranya le­dakan itu hanya berasal dari bahan ledak konvensional, karena bahan ledak jenis konven­sional meledak dan terbakar di permukaan tanah, dan terangkat hanya setinggi daya ledakan awal yang mendorongnya, tidak ada­nya akibat kebakaran terkecuali bila bahan ledaknya disusun dari material bakar, dan nyalanya akan mati dengan sendirinya dalam tempo satu atau dua detik saja.
Bahan ledak TNT milik TNI jenis PE-88 hanya memiliki ra­dius demolisi 30-40 meter, tidak ada bandingnya dengan kerusakan yang diakibatkan oleh bom yang diledakkan di Pantai Legian ini. Tuduhan al-Farouq bahwa bahan ledak di Legian dipasok oleh TNI benar-benar tuduhan ngawur.
Perekam video Hal Turner melaporkan, tampak dengan jelas adanya sinar putih yang membutakan, yang menarik perhatian semua orang, dan membuat mereka semua berpaling menghindari cahaya tersebut. In­terval waktu yang cukup lama, adanya bola api di langit pada cendawan raksasa yang terbentuk, memberikan kesempatan kepada beberapa orang pengamat merekam terbentuknya bola-api cendawan tersebut. Sudah dimaklumi asap cendawan dan cahaya putih yang membutakan di langit hanya dapat terjadi sebagai akibat dari ledakan nuklir.
Contoh tanah, air dan debu di dekat titik ledakan itu berhasil dibawa dan diselamatkan ke luar pulau Bali, ke sebuah laboratorium yang memiliki kompetensi, fasilitas dan sepenuhnya dapat dipercaya untuk memberikan konfirmasi ada tidaknya radioaktif atau kontaminasi lainnya. Laboratorium itu memiliki kumpulan catatan rekaman yang mampu mendokumentasikan 'sidik jari' radioaktif dari berbagai kadar plutonium, uranium dan bahan fis­sionable lain yang dihasilkan di dunia.
Laboratorium itu akan mam­pu memastikan sekiranya ledak­an ini merupakan insiden nuklir, dan bila demikian halnya, akan dapat menentukan dari negara mana bahan tersebut berasal. Hal Turner menjanjikan hasil test tersebut akan diumumkan kepa­da publik dunia. la berjanji hasilnya akan tetap disiarkan oleh website internet yang lain, sekira­nya ia tiba-tiba dihilangkan atau terbunuh.
Bukti-bukti secara fotografis memperlihatkan bahan ledak yang digunakan bukanlah dari jenis konvensional. Bahwa ada kawah yang terbentuk menunjuk-kan bahwa senjata itu diledakkan di bawah permukaan, sedangkan kedalaman dikombinasikan dengan diameter kawah menunjukkan letak semula dari senjata tersebut.
Menurut Joe Vialls, bom mo­bil terbesar yang pemah diledak­kan di Iriandia Utara yang berbobot 500 kilogram TNT tidak sampai membuat lubang kawah di jalanan. Shock wave yang di­hasilkan TNT mengikuti hukum fisika, yaitu ke arah ruang tanpa tahanan. Belum pemah bom IRA berkekuatan 500 kilo TNT menghancurkan sampai 47 bangunan dan ratusan mobil. Bom mobil IRA terbesar yang diledakkan di Omagh pada bulan Agustus 1998 yang merupakan rekor dalam hal korban pada masa itu hanya menjebol pintu pub, menghancurkan mobil van dari bom tersebut, dan merenggut 29 nyawa, tetapi tidak sampai meninggalkan kawah ledakan di jalanan.
Contoh yang sama validnya, ketika pasukan Israel berusaha menghancurkan komplek perkantoran Yasser Arafat di Ramallah. Secara keseluruhan Is­rael memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Mereka membombardir kompleks itu dengan meriam-meriam tank kaliber 120 mm ditambah dengan rudal Hellfires. Selama satu minggu itu Is­rael hanya berhasil menghancur­kan 47 bangunan di kompleks tersebut, tanpa ada kebakaran.
Ketika jenazah seorang pejuang bom syahid HAMAS yang robek-robek akibat meledaknya TNT berbobot 15 kilogram yang diikatkan di badannya, tim kesehatan Israel masih dapat mengenali sebagian besar dari tubuh yang sudah rusak itu.
Bahan-bahan ledakan konvensional sampai hari ini tidak mampu "menguapkan" tubuh manusia tanpa jejak, dan Dunia Islam sampai dengan hari ini belum memiliki bahkan berjuta ton bahan ledak konvensional untuk diledakkan sekaligus seperti di Bali. Hanya jenis bahan ledak nuklir yang memiliki kemampuan melakukan kremasi instan yang berpadu dengan gelombang tekan (taufan) dengan kecepatan luar biasa tingginya, yang mampu menghilangkan sisa-sisa dan bekas-bekas kremasi yang mengawang di atas area ledakan.
Bahan ledak HE TNT tidak membuat kawah di permukaan tanah. Tim investigasi gabungan yang bekerja di Bali harus memberikan jawaban terhadap fakta adanya "kawah" sedalam 1,50 m dengan diameter 7,00 m di jalan depan Sari Club. Hal ini juga menjadi petunjuk bahwa bom itu di bawah tanah, dan bukan diletakkan di atas permukaan.
Informasl faktual seperti ini sangat membantu kita untuk melakukan analisis terhadap bukti-bukti komparatif terhadap bukti-bukti yang ada di situs kejahatan, untuk menetapkan jenis senjata yang digunakan, dan kalau bisa untuk mengetahui oleh siapa dilakukan. Kerusakan yang ditinggalkan di Pantai Legian, Kuta itu paling tidak membutuhkan kekuatan setara 4 ton HE (High explo­sive) TNT, sekaliber dengan jenis bom yang dijatuhkan di atas kota Hamburg pada Perang Dunia ke-2 yang lalu. Pertanyaan teknis yang muncul ialah, bagaimana caranya memperkecil ukuran bom low specific gravity HE yang volumenya saja sebesar meja kerja dengan bobot 4.000 kg menjadi sebuah bom berbentuk pipa yang dari kawah yang terbentuk dapat diketahui ukuran diameternya hanya 15 cm dan dapat ditanam sedalam cukup 1,50 m di bawah tanah.

Penyesatan.
Kesimpulannya, senjata itu adalah sebuah senjata lain dari yang lain, yang diameternya tidak lebih dari 15 cm, tetapi mampu memproduksi ledakan setara 4.000 kg HE TNT pada senjata konvensional. Melihat ciri-ciriyang ditinggalkan, tidak syak lagi sen­jata jenis itu hanya ada satu di dunia, yang diberi nama SADM— 'Special Atomic Demoliton Muni­tion'—disebut juga dengan nama Micro Nuke.
Kurang dari 46 jam setelah ledakan terjadi media massa melaporkan "bocoran" dari tim penyelldik yang berada di lapangan, bahwa mereka telah menemukan tanda-tanda "digunakannnya eksplosif jenis C-4. Pemberitaan ini satu kebohongan, meski cukup menggemparkan. Sayangnya bahan ledak C-4 yang memiliki warna keputih-putihan mirip adonan martabak mentah, terdiri dari komposisl 91% RDX dan 9% poly iso buty lene plasticer yang non explosive, bukanlah bahan yang mampu memberikan dampak yang su­per dahsyat seperti di Pantai Legian.
Bahan C-4 kekuatannya tidak melebihi 1,2 kali TNT. Lagi pula bahan ledak C-4 tidak mengandung bahan insendiari (bakar), kecepatan detonasinya hanya 26.300 kaki perdetik, yang cenderung mematikan api ketimbang menyalakannya. Karena teori tentang C-4 itu tidak mempan, media massa kemudian di­beri informasi oleh para 'ahli' bayaran tentang adanya sebuah 'kendaraan yang penuh dengan tabung gas elpiji yang kemudian diledakkan'. Jurus ini rupanya dalam usaha untuk meyakinkan publik bahwa senjata yang meledak itu adalah dari jenis FAE (Fuel Air Explosive) yang pernah digunakan sebagai bom udara oleh Amerika Serikat di Vietnam dan Iraq.
Senjata SADM generasi pertama yang dihasilkan oleh pusat nuklir Israel di Dimona, gurun pasir Negev, pada awal tahun 1970-an, berbobot setara dengan 10 ton HE TNT konvensional. Beberapa varian generasi yang belakangan setelah mengalami penyempurnaan pada tahun 1981, ada yang berukuran hanya sebesar cangkir kopi, memillki kekuatan (yield) mulal dari setara dengan 2 ton TNT, bahkan ada yang mencapai kekuatan sampai setara dengan 100 ton HE TNT. Pada umumnya SADM disusun dari bahan ledak inti yang terdiri dari plutonium 239 yang dimasukkan ke dalam suatu selongsong logam tipis terbuat dari ura­nium 238 non fissile yang dikenal dengan istilah teknis "reflektor neutrori'.
Tatkala mikro nuke SADM berkekuatan setara 4 ton HE TNT seperti yang diledakkan di Bali menjadi kritis, daya radiasinya memang sudah jauh dikurangi, jauh lebih rendah dari pada bom "Primitif—little boy—yang dijatuh­kan di Hiroshima. Namun SADM generasi awal tetap masih "kotor" karena "reflektor" uranium 238 yang bersama dengan intinya plutonium 239 yang meledak ke dalam berjuta-juta partikel pada saat mencapai saat kritis, menebarkan partikel beta dan gamma yang 'kotor' (berkadar radio aktif tinggi). Bahan non-fissile ura­nium 238 yang sama, masih tetap menimbulkan penderitaan yang serius ketika tank-tank dan pesawat pembom tempur Amerika menembakkan meriam atau rudal mereka seperti pengalaman di Iraq dan Kosovo, meski sudah dalam wujud peluru dengan hulu ledak deplete uranium (DU—ura­nium yang 'diturunkan' radio aktifnya).

Pembantai dari Dimona.
Percobaan SADM generasi baru yang dimulai pada tahun 1981 di proyek nuklir Israel di Dimona, gurun pasir Negev, menghasilkan bom dengan vol­ume lebih kecil, sebesar tas port­folio, tanpa reflektor uranium 238 dan plutonium 239 yang diperhalus menjadi hanya 99,78%. Gene­rasi baru ini lebih kecil, lebih ringan, dan lebih cakap dari SADM sebelumnya, namun memiliki kelebihan yang luar biasa. Bahkan mikro nuke yang diledakkan di Bali sebesar mok kopi berbentuk silinder dengan diameter 15 cm. Mikro nuke produksi Dimona ini merupakan senjata kritis pertama yang dapat dipasang dan diledakkan secara sembunyi-sembunyi, tentu saja dengan maksud sembunyi-sembunyi pula. Dengan inti plutonium 239 yang lebih kecil dan telah dibikin 'bersih', plutonium itu hanya mengeluarkan jenis radiasi al­pha yang mampu bergerak ha­nya beberapa meter, sesuai maksud penggunaannya, dan dapat menghindari sisik-melik deteksi oleh Geiger-counter.
Ledakan yang terjadi di tepi Pantai Kuta membuat partikel-partikel alpha tersapu oleh angin laut, sehingga penyelidikan yang dilakukan selewat satu minggu tipis kemungkinannya akan dapat menangkap indikasi adanya radioaktif. Kesulitan untuk mengungkap kasus pemboman di Pantai Legian-Kuta ini ditambah pula oleh konspirasi semua pemerintah yang terkait, dengan alasan-alasan masing-masing, untuk mengakui bahwa bahan-ledak yang digunakan bukanlah bahan-ledak biasa.
Negara-negara yang memiliki senjata mikro nuke SADM ialah Israel, Amerika Serikat, Inggris, Francis, Rusia, sedang Cina boleh jadi juga sudah memilikinya. Di bawah pengaturan pertahanan yang sangat rahasia dengan salah satu dari negara-negara tersebut di atas tadi, beberapa negara Persemakmuran dan negara tertentu lainnya, ditengarai ada menyimpan senjata jenis tersebut dalam jumlah yang sangat terbatas dan dengan sta­tus sebagai barang 'titipan' di wilayah negara masing-masing.

Motivasi.
Sejak peristiwa 11 Septem­ber 2001 Amerika Serikat dan sekutunya gencar menuduh In­donesia sebagai sarang jaringan terorisme, dan tempat bersembunyinya tokoh-tokoh teroris al-Qaidah. Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan ratusan ribu pulau, sejumlah besar di antara pulau-pulau itu ada yang terisolasi dari dunia luar, lemahnya sistem pengawasan (Surveillance} dan pengamanan, sikap penduduk yang ramah terhadap pendatang asing, teriebih-lebih terhadap mereka yang seagama, kurang pedulinya pemerintah Indonesia terhadap upaya global memerangi terorisme internasional, kesemua faktor itu disimpulkan oleh CIA telah menjadikan Indonesia sebagai tem­pat yang paling cocok untuk bersembunyinya kaum teroris. CIA bahkan menyatakan al-Qai­dah telah "memutuskan untuk memindahkan markas kegiatan mereka dari Asia Selatan ke In­donesia".
Tuduhan bahwa serangan bom itu ditakukan oleh al-Qaidah sulit dicerna. Bila tuduhan badan intelijen Barat itu benar bahwa al-Qaidah telah menjadikan Indone­sia sebagai tempat persembunyian dan basis bagi gerakan mereka, maka tindakan serang­an itu selain mengungkapkan kebenaran tuduhan CIA selama ini bahwa al-Qaidah memang ada di Indonesia, juga diniscayakan akan mengundang tindakan penumpasan, baik oleh Indonesia maupun Barat, yang pasti tidak dikehendaki oleh al-Qaidah. Sampai dengan hari ini, tuduhan tentang adanya kegiatan teroris­me oleh Jama'ah Islamiyah di In­donesia, serta adanya kamp-kamp latihan militer al-Qaidah, baik di Poso maupun Kalimantan, tidak diikuti dengan bukti-bukti yang menopang tuduhan ter­sebut.
Dari pilihan sasarannya, sen­jata itu secara khusus jelas-jelas ditujukan kepada Sari Club, yang tiap orang mengetahui sebagai tempat berkumpulnya pemuda-pemudi Australia dan mereka yang berasal dari negara-negara Eropa. Beberapa blok dari Sari Club terdapat diskotik Pal Club, Paddy Club dan beberapa lagi, yang biasa menjadi tempat ngrumpi orang-orang Amerika. Bila pelakunya al-Qaidah, maka club-club ini seharusnya menjadi incarannya, tetapi kenyataannya club-club tersebut tidak disentuh oleh ancaman bom. Lagi pula dari sekian ratus korban, tidak terda­pat korban warga Amerika, kecuali seorang.
Korban pada umumnya adalah berasal dari Australia dan negara-negara Eropa anggota Consultative Group for In­donesia (CGI) yang masyarakatnya menentang rencana Presiden Bush untuk menginvasi Iraq dan sebagian besar bersimpati dengan Dunia Is­lam. Kalau benar dalangnya adalah AI-Qaedah mengapa pula menjadikan warga dari negara-negara yang masyarakatnya bersimpati kepada Dunia Islam menjadi mangsa pembantaiannya. Tuduhan Amerika Serikat dan para pemimpin Barat sulit untuk dicerna akal waras. Lagi pula seorang pengamat masalah terorisme seperti Joe Vialls memastikan dari data yang ada, Dunia Islam belum memiliki akses kepada jenis senjata mi­cro nuke tersebut.
Kesimpulannya, serangan dengan senjata SADM non-konvensional seperti itu tidak mungkin mampu dilakukan oleh Jama'ah Islamiyah atau kelompok militan Islam manapun. Serangan itu hanya dapat dilakukan oleh salah satu di antara negara pemilik SADM: Israel, Amerika Serikat, Inggris, Perancis, atau Rusia. Anda tinggal menerka.*
(ZA Maulani, Sabili No. 49 Th X 14 November 2002)

Tidak ada komentar: