Judenstrasse atau Jalan Yahudi merupakan nama sebuah jalan yang cukup dikenal di Frankfurt, Bavaria (sekarang Jerman), hingga saat ini. Di salah satu sudutnya, berdiri sebuah rumah besar dengan sebuah tameng merah di atas pintu utamanya. Tameng merah (Redshield) dalam bahasa Jerman disebut Rosthchild. Inilah nama sebuah dinasti yang sangat terkenal dan berpengaruh di Eropa di abad ke-18 hingga mendunia sampai sekarang. Di tempat inilah, pada tahun 1773, tiga tahun sebelum delapan tokoh Mason AS menandatangani piagam Deklarasi Kemerdekaan Amerika, Sir Meyer Amschel Rosthchild atau yang bergelar Rostchild I mengundang 12 keluarga terkemuka Yahudi dunia lainnya. Dalam pertemuan itu, di hadapan tokoh-tokoh Yahudi lainnya, Rosthchild I mengkritik jalannya revolusi Inggris yang dinilainya berjalan lambat dan tidak efektif. Rosthchild I mengutarakan tekadnya untuk membentuk satu organisasi "para komando" yang kecil dan sangat efektif, yang berada di luar struktur Freemasonry, guna mempersiapkan Revolusi Perancis lewat satu agen Freemasonry bernama Robespierre. Organisasi para komando itu dinamakan Illummaty dan dipimpin oleh seorang mantan Jesuit, canon-law doctor, bernama Adam Weishaupt. Selain membentuk Illummaty (Illuminatrix, Yang Tercerahkan), Rosthchild I juga membacakan sebuah dokumen bensi 25 langkah penguasaan Eropa dan juga dunia secara keseluruhan. Seluruh yang hadir terkaget-kaget mendengar paparan Rosthchild I yang belum pernah didengarnya dari mana pun. Dokumen inilah cetak biru awal dan Protokol of Zions, sebuah dokumen rahasia yang disahkan menjadi agenda bersama gerakan Zionisme Internasional dalam Kongres Zionis Internasional 1 di Bassel, Swiss (1897).
.
Awal Ghauzwul Fikri.
Apa yang dipaparkan Rosthchild I dalam pertemuan di Judenstrasse (1773) merupakan awal dari strategi licik bernama Perang Pemikiran dan Perang Budaya (Ghazwul al-Fikr). Perang ini tidak menggunakan mesiu, bom, atau pun senjata yang mematikan, tidak pula membunuh atau berdarah-darah, tetapi hasilnya kadangkala lebih efektif ketimbang peperangan sesungguhnya.
Perang Pemikiran dan Perang Budaya mengggunakan senjata media massa dan industri hiburan. Tujuannya secara sederhana bisa dirumuskan sebagai berikut: "Anda bebas menjadi siapa saja, Anda bebas menyatakan diri sebagai Muslim, Kristiani, atau apa pun, asal pemkiran Anda dan segala hal yang Anda lakukan tidak bertentangan dengan keinginan Kami atau minimal tidak ikut campur dengan urusan Kami."
Jadi, jika Anda seorang Muslim, maka jadilah Muslim yang berbaik-baik dengan Zionis. }ika Anda Kristiani, maka jadilah seorang Kristiani yang berbaik sangka terhadap kaum Zionis. Jika Anda Budha, Hindu, dan lain sebagainya, janganlah curiga dengan kaum Zionis. Lebih bagus lagi jika Anda semua mendukung cita-cita Kami secara aktif. Demikian tujuan mereka.
Strategi kaum Zionis Internasional (International Jews, kata Henry Ford) yang oleh sejarawan Barat juga dikenal dengan sebutan "The Conspiracies", juga dengan baik terekam di dalam surat jawaban Rabi Tertinggi Konstantinopel, yang pada tahun 1489 menerima pengaduan Rabi Shamur yang mewakili komunitas Yahudi Perancis Selatan yang ditindas oleh raja dan warga setempat yang beragama Katolik. Dalam suratnya, Rabi Shamur meminta nasehat dan masukan berkenaan dengan situasi dan kondisi yang dialami komunitas Yahudi di Perancis yang terus-menerus ditindas Gereja dan Kerajaan. Shamur memaparkan bagaimana orang-orang Kristen Perancis yang tinggal di Aries, Aix, dan Marseilles mengancam sinagog-sinagog mereka. Dalam surat jawaban Rabi Tertinggi di Konstantinopel tertanggal 24 Juli 1489 yang kalimat per-kalimatnya menjadi begitu rerkenal karena dengan lugas mencerminkan strategi kaum Yahudi menundukkan Gereja dan juga Dunia disebutkan: "Saudara-saudara, dengan rasa sedih pengaduan kalian kami pelajari. Derita nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu. Maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus diingat, bahwa ajaran Musa harus tetap kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putera-putera kalian menjadi pedagang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dan tangan mereka. Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka binalah putera-puteri kalian menjadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka, didiklah putera dan puteri kalian untuk menjadi pendeta, agar bisa menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka didiklah putera-puteri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis, agar bisa menyelusup ke berbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan bisa menundukkan orang Kristen dengan cengekraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka".
Sejak itu, dengan rapi kaum Yahudi menjalankan strateginya dengan amat hati-hati, hingga tidak sampai 300 tahun kemudian Rosthchild dengan berani mencanangkan 25 butir penguasaan dunia. Salah satunya lewat penciptaan industri opini dan trend dunia seperti Hollywood yang sekarang kita kenal.(Rz)
Awal Ghauzwul Fikri.
Apa yang dipaparkan Rosthchild I dalam pertemuan di Judenstrasse (1773) merupakan awal dari strategi licik bernama Perang Pemikiran dan Perang Budaya (Ghazwul al-Fikr). Perang ini tidak menggunakan mesiu, bom, atau pun senjata yang mematikan, tidak pula membunuh atau berdarah-darah, tetapi hasilnya kadangkala lebih efektif ketimbang peperangan sesungguhnya.
Perang Pemikiran dan Perang Budaya mengggunakan senjata media massa dan industri hiburan. Tujuannya secara sederhana bisa dirumuskan sebagai berikut: "Anda bebas menjadi siapa saja, Anda bebas menyatakan diri sebagai Muslim, Kristiani, atau apa pun, asal pemkiran Anda dan segala hal yang Anda lakukan tidak bertentangan dengan keinginan Kami atau minimal tidak ikut campur dengan urusan Kami."
Jadi, jika Anda seorang Muslim, maka jadilah Muslim yang berbaik-baik dengan Zionis. }ika Anda Kristiani, maka jadilah seorang Kristiani yang berbaik sangka terhadap kaum Zionis. Jika Anda Budha, Hindu, dan lain sebagainya, janganlah curiga dengan kaum Zionis. Lebih bagus lagi jika Anda semua mendukung cita-cita Kami secara aktif. Demikian tujuan mereka.
Strategi kaum Zionis Internasional (International Jews, kata Henry Ford) yang oleh sejarawan Barat juga dikenal dengan sebutan "The Conspiracies", juga dengan baik terekam di dalam surat jawaban Rabi Tertinggi Konstantinopel, yang pada tahun 1489 menerima pengaduan Rabi Shamur yang mewakili komunitas Yahudi Perancis Selatan yang ditindas oleh raja dan warga setempat yang beragama Katolik. Dalam suratnya, Rabi Shamur meminta nasehat dan masukan berkenaan dengan situasi dan kondisi yang dialami komunitas Yahudi di Perancis yang terus-menerus ditindas Gereja dan Kerajaan. Shamur memaparkan bagaimana orang-orang Kristen Perancis yang tinggal di Aries, Aix, dan Marseilles mengancam sinagog-sinagog mereka. Dalam surat jawaban Rabi Tertinggi di Konstantinopel tertanggal 24 Juli 1489 yang kalimat per-kalimatnya menjadi begitu rerkenal karena dengan lugas mencerminkan strategi kaum Yahudi menundukkan Gereja dan juga Dunia disebutkan: "Saudara-saudara, dengan rasa sedih pengaduan kalian kami pelajari. Derita nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan, bahwa Raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu. Maka masuklah agama Nasrani. Tetapi harus diingat, bahwa ajaran Musa harus tetap kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putera-putera kalian menjadi pedagang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dan tangan mereka. Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka binalah putera-puteri kalian menjadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka, didiklah putera dan puteri kalian untuk menjadi pendeta, agar bisa menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka didiklah putera-puteri kalian sebagai agen-agen propaganda dan penulis, agar bisa menyelusup ke berbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan bisa menundukkan orang Kristen dengan cengekraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka".
Sejak itu, dengan rapi kaum Yahudi menjalankan strateginya dengan amat hati-hati, hingga tidak sampai 300 tahun kemudian Rosthchild dengan berani mencanangkan 25 butir penguasaan dunia. Salah satunya lewat penciptaan industri opini dan trend dunia seperti Hollywood yang sekarang kita kenal.(Rz)
.
(Sumber : Majalah Eramuslim Digest Edisi Koleksi III 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar