Semoga melalui media digital personal website yang sangat sederhana ini, tali silaturahmi dan pertemanan yang terputus dapat tersambung kembali dan mengakrabkan kita, sebab hidup dgn ilmu akan lebih mudah, hidup dgn seni akan lebih indah & hidup dgn iman pasti akan terarah.

Masukan yang bersifat membangun dapat dikirimkan melalui email : bagyoesx@gmail.com atau bagyo_27061965@yahoo.co.id atau SMS/Kontak HP 08159552196

01 Oktober 2007

"Akarnya Terlalu Kuat"

Oleh : Ridwan Saidi, Pakar Zionisme

Mulai pendudukan Batavia sampai tahun 1772, Gubernur Jenderal yang diangkat oleh VOC kebanyakan orang Yahudi. Pada awal tahun 1770, sudah ada Rotary Club. Pada umumnya mereka adalah kelas elit VOC, kelas menengahnya nggak ada. Karena untuk tinggal di Hindia Belanda zaman itu memerlukan pengorbanan. Orang takut terkena penyakit Malaria dan lainnya.
Pada level bawah ketemu lagi dengan Yahudi, yaitu Yahu­di hitam. Sangat sulit melacak ras mereka karena mereka pintar. Sebentar mengaku keturunan Arab, sebentar me­ngaku keturunan India, bahkan mereka bisa mengaku apa-pun. Saat ini, mereka banyak berkembang di Jawa Tlmur.
Yahudi putih di level bawah datang setelah Hitler berkuasa. Mereka lari dari Jerman Barat. Mereka melintas Rusia terlebih dulu, baru masuk ke Jawa, terutama Batavia, Semarang dan Surabaya. Mereka banyak sebagai pemusik, pengajar biola. Yang kaya membuka toko kacamata dan berlian di Jalan Juanda dan Jalan Veteran.
Mereka banyak membangun Sinagog di pulau Jawa. Di Jakarta misalnya, Gedung Bappenas. Sebelumnya Gedung Bappenas adalah sebuah Sinagog yang disebut Bintang Timur. Pendirinya adalah Thabrani. Thabrani adalah anggota perhimpunan Theosofi. Ada juga Sinagog di Ja­lan Surabaya, tapi kini sudah tidak berfungsi lagi.
Orang yang memakai Bintang David, simbol Zionis lsrael bukan karena bodoh, ikut-ikutan atau iseng-iseng. Tapi memang ada maksudnya, bukan sekadar nempel-nempel. Akarnya Zionis-Yahudi memang terlalu kuat di Indo­nesia. Gerakan Zionis sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.
Teologinya berdasarkan eksoteris. Eksoteris adalah Kabbala. Ini adalah inti teologi Yahudi. Kabbala itu artinya keadaan trans, dimana setan sudah merasuk ke dalam jiwa. Kalau sudah trans, sistem saraf tidak bekerja, makanya orang kebal. Jadi sama saja, trans, kabbala, dan eksoteris, intinya adalah bagaimana mengundang setan ke dalam jalan darah yang ujungnya adalah kesurupan.
Kabbala dasarnya adalah paganisme, kepercayaan primitif sebelum kedatangan Is­lam, Mesopotamia Mesir za­man Fir'aun. Paganisme itu awalnya Tawajjuh (membayangkan image Allah). Ta­wajjuh itu dilarang. Dalam ibadah tawajjuh kepada guru atau mursyid saja nggak boleh, apalagi tawajjuh temadap image Allah. Setelah itu diproyeksi dalam simbol-simbol, kemudian diproyeksi dalam berhala. Pemahaman Syeikh Siti Jenar, bukan Islam, melainkan agama babuyutan. Sedangkan al-Hallaj itu mewarisi tradisi pa­ganisme.
Pengaruh Yahudi masuk juga dalam dunia sihir. Kalau dikumpulkan mantra-mantra di Jawa, Madura, Sunda dan Betawi, unsur Yahudinya kuat. Karena kuat akarnya, tidak ada mantra yang luput dari bahasa Ibrani.
Jelaskan kepada umat bahwa gerakan Yahudi ini riil. Tujuan-tujuannya dari zaman dulu hingga sekarang adalah penyesatan.

Afriadi Muwanto (Sabili, 15 Juni 2005)

Tidak ada komentar: